Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Silent Sustained Reading (SSR) dan Peran Kita Penanam Fondasi Cinta Baca

Diperbarui: 2 Maret 2021   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kegiatan membaca senyap di salah satu sekolah di Laos | Sumber: Wikipedia/ BigBrotherMouse

Apa jenis buku bacaan favorit anda? Anda suka membaca? Seberapa urgensi membaca di era banjir informasi kini? Jika jawabannya "Tidak ada", "Tidak perlu" atau kata-kata senada; jangan mengharap lebih pada anak-anak!

***

Pertengahan bulan Januari, tepatnya Kamis tanggal 14 salah satu guru kelas (usia) kecil (berikutnya disebut panitia) mengumumkan program SSR (Silent Sustained Learning) yang akan dimulai awal pekan depan.

Menurut panitia, Silent Sustained Reading adalah membaca dengan tenang secara berkelanjutan/ terus-menerus, dilaksanakan setiap hari. Buku bacaan bisa berupa dongeng, biografi, komik dan lain-lain.

Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, menjadikan membaca sebagai budaya/ kebiasaan, serta memfasilitasi perkembangan bahasa secara menyeluruh. Progam ini pernah dilakukan pada 2015, dan akan kembali 'dihidupkan'. Bedanya, kali ini dilaksanakan dari rumah masing-masing.

Kebijakan pelaksanaan SSR di sekolah kami, anak-anak akan diberi buku cerita dalam bentuk PDF (soft file) yang diunggah ke kelas digital, Google Classroom. Dilakukan 10 menit tiap hari ( 5 halaman) setelah pembelajaran terakhir selesai.

Selesai? Tidak. Setelah membaca siswa diharuskan mengisi my reflection log, difoto dan dikumpulkan kepada wali kelas masing-masing. Jarak tak boleh pro kemandegan literasi serempak.

Bahan bacaan (soft file) di sekolah kami | tangkapan layer ebook Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Sumber: tangkapan layar ebook Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Baca juga: Mendongeng berarti Menanamkan Nilai

Sesuai kapasitasnya, format reflection log untuk usia kecil (kelas 1-2) lebih sederhana dibanding usia besar (kelas 3-6). Di sini yang menarik. Pada salah satu isian, anak bisa menuliskan kosakata baru yang ditemukan lalu mencari artinya melalui kamus (cetak, elektronik) atau menanyakan orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline