Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

"Tebing Terjal Perdamaian di Tanah Papua" (Sinopsis)

Diperbarui: 6 Maret 2020   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bertahun-tahun mengenyam bangku sekolah, baru aku tahu kenapa daratan timur Indonesia dipisah menjadi Papua Barat dan Papua New Guinea. Tak ada guru yang memberi tahu. Tak cukup nyali buat bertanya. Sejak abad ke-19 Inggris dan Belanda membelah Pulau Guinea menjadi dua menjadi New Guinea Barat dan Timur (Perjanjian London 1814). Garis itu tak berubah meski lebih dari dua abad berlalu.

Oleh satu rekanku, aku diperkenalkan kepada Dr. Socratez S. Yoman, nabi zaman now yang menyuarakan kesetaraan harkat dan martabat manusia di tanah Papua. Bagiku, beliau adalah pendeta, pemimpin, pelindung, pembela rakyat Papua yang terjajah di tanah sendiri. Pak Socratez lantang melawan ketidakadilan, namun mengayomi semua orang, termasuk yang berbeda etnis, keyakinan, maupun prinsip. Citra yang berbeda dengan pemimpin yang merasa kaya dan punya power.

Dalam kepicikanku, aku menganggap Papua dalam 5 tahun terakhir ini jauh lebih baik. Pertama kali dalam sejarah Indonesia Presiden Jokowi membangun jalan aspal membelah pegunungan dan hutan Papua. Itu suatu kemajuan besar!

Tapi, apa jadinya jika pembangunan aspal tidak dibutuhkan orang Papua?

Upaya mewujudkan perdamaian Papua masih menatap banyak persoalan, jika tidak dikatakan hampir mustahil diwujudkan. "Perdamaian", "kesejahteraan", "keadilan", dan "peradaban" merupakan akar persoalan di Papua yang belum dituntaskan hingga kini. (Dr. Adriana Elisabeth)

Tak hanya eksternal, tantangan yang dihadapi orang Papua juga berasal dari dalam. Banyak investor masuk ke Papua dengan iming-iming uang. Masayarakat adat terpecah menjadi kelompok yang mau menerima uang, dengan yang menolak demi kepentingan tanahnya. (Dr. Budi Hernawan)

Inikah citra manusia merdeka?

Sepenggal Fakta tentang OPM

Pada hakekatnya, orang Papua adalah rakyat yang berdaulat. OPM (Operasi Papua Merdeka) muncul ketika Papua "dipaksa" NKRI tahun 1961. OPM menjadi salah satu wadah bagi orang-orang Papua untuk mengembalikan jati diri Papua (jalur militer). Sedangkan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) mengambil diplomasi politik. Sangat kejam jika media, pemerintah dan kelompok tertentu melabeli Papua dengan "separatis", "KKB", "makar", dll.

Pak Socrates merekam beberapa kekerasan dan pembunuhan yang kesemuanya tidak memberikan sanksi bagi pelaku. Di manakah keadilan di negeri ini?

- 2003, di Kuyawagi dilakukan operasi militer, 10 orang anggota jemaat Gereja Baptis tertembak dan meninggal dunia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline