Lihat ke Halaman Asli

Wans Sabang

anak hilang

Kesabaran Nabi Ayub

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aroma kasturi tercium dari setiap hela nafas lelaki itu kala ia tak pernah berhenti memuja-Nya.

Walau bau amis menyengat dari luka mengoreng disekujur tubuhnya.


Tuan, mintalah kepada Tuhan Mu kesembuhan!. Bukankah engkau yang terkasih, Ayub. Selalu suara-suara itu terngiang di setiap pagi dan petang.


Dalam erang dan ngilu yang membungkus tubuh ringkihnya. Ayub pun cuma bisa berkata kepada istrinya,"istriku,nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustai?. Bukankah setiap sakit itu bersifat sementara?. Jika kau hitung waktu sehatku tetap saja masih lebih banyak dari waktu sakitku."


Sambil mengerutu lalu biasa nya dia pergi meninggalkan Ayub menahan perih sendiri.


Dalam setiap lenguhnya, Ayub kerap berkata kepada istrinya walau sebenarnya dia hanya berkata-kata pada dirinya sendiri.


Bagiku penyakitku ini bukanlah petaka, istriku!. Sakitku ini adalah sebuah nikmat. Nikmat yang membuatku semakin dekat dan mencintai-Nya. Seperti sang pencinta kepada Yang terkasih, siang malam selalu kusebut-sebut nama-Nya.

Cuma Dia dan hanya Dia yang mengisi bejana hatiku.

Apa arti hidupku tanpa mencinta-Nya?.


Bukankah kau seoarang nabi, Ayub!. Apapun yang kau pinta pasti Dia akan mengabulkannya!.

Ayubpun secepatnya menepis bisikan-bisikan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline