Lihat ke Halaman Asli

Wans Sabang

anak hilang

Namaku Siti Jurnalis (Tentang Citizen Journalism)

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Namaku sekarang Siti Jurnalis. Percayalah!saya bukanlah Alien atau makhluk asing dari planet lain. Saya hanya seorang warga biasa yang kebetulan saja berkelamin : perempuan.

Ya, cuma seorang perempuan biasa. Putus kuliah karena orang tua tidak punya biaya. Ibu rumah tangga dengan seorang putri yang baru berumur dua tahun. Bersuamikan seorang karyawan swasta.Tidak ada yang “wah” atau aneh.

Setiap pagi, selepas mengantar anak sekolah, aku belanja kebutuhan harian cukup di tukang sayur dekat rumah saja. Kemudian memasak nasi dan lauk pauk yang baru saja kubeli untuk suami dan anakku. Begitulah rutinitasku yang bersahaja dan bisa buatku bahagia.Karena aku selalu mensyukuri semua yang telah Tuhan berikan kepadaku.

“Tidak perlu menunggu sehebat Oprah Winfrey atau Nazwa Shihab untuk menjadi seorang jurnalis.” Jelas suamiku. “Apa yang Mama telah tweet dan posting di fb Mama, sudah menjadi “breaking News”.”

“Mama kan cuma tweet dan posting : dari pada becek dan jadi sarang nyamuk doang, bagusnya lapangan di perumahan kita dibangun PAUD (pendidikan Anak Usia Dini). begitu doang, Pa”

“Tweet dan postingan Mama yang disertai gambar lapangan yang berantakan itu, salah satunya dibaca oleh ibu RW, lalu ibu RW membicarakan keprihatinan Mama kepada Pak RW. Kemudian Pak RW beserta staff dan tokoh-tokoh masyarakat merembukan masalah ini.”

“Kok jadi rame sih, Pa?.”

“Dengan kemajuan dibidang teknologi komputer dan internet, apa yang Mama posting pada detik itu, sudah terkirim ke seluruh dunia. Informasinya bisa dibaca oleh orang lain dan diberikan komentar pada detik itu juga”

“Oooo ... .” Sahutku terkagum-kagum.

“Era informasi pun mengalami perubahan, setiap warga masyarakat mempunyai akses untuk berpartisipasi aktif memberikan informasi dengan cepat dan terbuka. Berbeda dengan jaman dahulu, untuk mendapatkan informasi atau berita orang hanya mengandalkan media surat kabar atau TV yang ditulis oleh jurnalis profesional. Era Citizen Journalism pun semakin berkembang, informasi atau berita dari warga untuk warga. Dan orang yang berperan aktif disebut : Citizen Journalist.”

“Siti jurnalis itu, siapa Pa?.” Tanyaku lugu.

“Sitisen jurnalis (citizen journalist) atau disebut juga jurnalis warga.”

“Seorang sitisen jurnalis adalah warga masyarakat biasa yang melaporkan informasi secara sekilas dan spontan, karena mungkin saja secara kebetulan dia sedang berada di lokasi kejadian. Walaupun informasi yang dia berikan secara singkat tapi karena “kecepatan” informasi tersebut menjadi suatu hal yang sangat penting.”

“Mama ‘gak salahkan, Pa?.”

“Gak!, selama yang Mama posting itu informasi dan berita nya benar dan bermanfaat buat orang lain. Dari pada twitter dan fb cuma Mama pakai buat ngegosip doang, hehehehehe.”

“Si Siti Jurnalis itu hebat juga ya Pa, dengan informasi dan beritanya dia bisa melakukan “perubahan”.”

“Itulah kelebihan sitisen jurnalis, cepat dan up to date, walaupun berita atau informasinya sangat lokal, beritanya bisa lebih detail dan mendalam karena ditulis oleh warga asli yang tinggal didekat lokasi kejadian atau seorang warga yang melihat langsung kejadian tersebut.”

“Kenapa dijelasin kok malah bengong?.” Tanya suamiku ketika melihat ekspresi wajahku yang bingung. “Searching di google, tulis sitisen jurnalis lalu klik! ... Mama bisa cari informasi sepuasnya, Nah!, sekarang Papa mau berangkat kerja dulu, hehehehe takut terlambat nanti gaji Papa dipotong, Ma!.”

Setelah suamiku mencium kedua pipi tembemku, aku pun lalu mencium tangannya. Dengan senyum hangat suamiku pun berangkat kerja.

Every citizen is a reporter (setiap warga adalah jurnalis/pewarta).” – Ohmy News.

Citizen Journalism atau jurnalisme warga adalah suatu bentuk kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh warga biasa. Maksud dari warga biasa yaitu warga yang bukan berstatus sebagai jurnalis profesional. Jadi, seorang warga biasa, tanpa harus berlatar belakang pendidikan jurnalistik atau ilmu kewartawanan bisa melakukan kegiatan jurnalisme atau menyampaikan berita dengan gayanya sendiri.” – Imam FR Kusumaningati.

“Percayalah, Citizen Journalism akan jadi kekuatan baru, sebagai kontrol terhadap kekuasaan yang tak berpihak dan menyuarakan keadilan kaum lemah, saat keadilan terbeli oleh uang dan kekuasaan.” – Sunaryo Adhiatmoko.

“Bila dibandingkan dengan jurnalisme media mainstream* yang memaknai berita sebagai konstruksi atas realitas sosial yang dianggap penting dan menarik bagi banyak pembaca, Citizen Journalism lebih menekankan pada aspek participation (partisipasi), proximity (kedekatan) dan humanity (kemanusiaan) – Iwan Awaludin Yusuf.

“Citizen Journalism memupuk budaya tulis dan baca pada masyarakat. Selama ini budaya tulis dan baca masih kalah dengan budaya dengar dan lihat. Budaya tulis dan baca adalah budaya yang lebih mencerdaskan. Masyarakat bisa menulis apa saja didalam blognya.” – Nurudin.

“Konten Citizen Journalism dapat berupa berita, opini, catatan harian atau perjalanan, karya fiksi dan tip atau tutorial. Berita dapat berasal dari sebuah peristiwa, pengalaman dan reportase. Opini bisa berisi pendapat, ulasan, analisa, gagasan atau ide.” – Iskandar Zulkarnaen.

Kompasiana.com adalah situs Citizen Journalism yang langsung bisa memunculkan artikel setelah di posting. Redaksi atau Admin hanya berperan memoderasi atau melakukan pengawasan semata terhadap informasi yang di posting. Apabila terdapat unsur SARA, pencemaran nama baik, atau yang lainnya. Redaksi berhak untuk menghapus tulisan tersebut dari situs.” – Imam FR Kusumaningati.

Malam sebelum beranjak tidur, biasa nya kami habiskan waktu dengan menonton TV. Berganti-ganti channel sambil ‘ngobrol ringan.

“Pa... Papa ‘gak marahkan, Mama ikut di Kompasiana?.” Tanyaku sambil memeluk lengan suamiku.

“Kenapa marah?, justru Papa senang punya istri pintar dan terus mau belajar dan belajar.”

“Tapi Pa... di Kompasiana Mama ‘gak pakai nama asli.”

“Kenapa memangnya Ma?.”

“Takut terkenal dan banyak fans nya, Pa ... nanti kalau Mama banyak fansnya, Papa malah cemburu, hehehehe... .”

“Hehehehe... memangnya Mama pakai nama apa?.”

“Siti Jurnalis. Namaku sekarang Siti Jurnalis, hehehehe... bagus kan, Pa?.”

“He eh... .” Sahut suamiku sambil menganggukan kepalanya.

“Terima kasih, Pa!.” Hatiku pun senang, karena suami tercinta malah mendukungku.

Sambil mencium pipi suamiku, aku pun beranjak pergi.

“Lah!, Mama mau kemana?.” Tanya suamiku kaget.

“Sudah malam, Pa... Mama mau tidur.”

“Ikkkuuuuuutttt ... .” Teriak suamiku penuh “arti”.

(WS@ GJL, 210312)

Keterangan :

*Media Mainstream : Media-media yang sudah familiar seperti  surat kabar, TV, radio dsb.

Disinyalir bahwa media mainstream menyimpan banyak kepentingan politis dan lebih mementingkan kebutuhan komersil. Sehingga kepercayaan publik terhadap berita atau informasi  dari media mainstream semakin menurun.

Dengan berkembangnya Citizen Journalism bisa menjadi obat penawar atau penyeimbang atas segala informasi yang saat ini masih didominasi oleh para jurnalis profesional media mainstream.

Sebuah era informasi baru, publik bukan hanya menjadi objek berita tapi juga bisa menjadi subjek sekaligus objek berita. Sebuah alternatif  bagi publik utnuk mendapatkan informasi yang cepat, akurat dan terpercaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline