Lihat ke Halaman Asli

Wawan Setiawan

Suka menulis bukan penulis

Ada Cinta dalam Corona

Diperbarui: 12 Mei 2020   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

CORONA MEMBAWA PETAKA

Dengan langkah jumawa, virus Corona (COVID-19) melenggang ke atas mimbar,"Aku adalah sebuah virus. Wujudku tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Kalian boleh memanggilku Covid-19 atau tetap Corona saja. Suka-suka kalian, terserah! Ingat, teman-temanku yang lain sudah tinggal di beberapa negeri di planet biru ini (bumi). 

Jadi, biarkanlah aku juga menetap di sini (Indonesia). Mereka termasuk aku, senang sekali dengan populasi penduduk atau jumlah kalian yang begitu banyak. Kepadatan negeri kalian terutama yang diam terpusat memudahkan aku untuk berkembang biak (menularkan virus) lewat interaksi yang sering kalian lakukan. 

Di pusat-pusat keramaian, kerumunan orang, di situlah aku hadir untuk beranak pinak agar keturunanku bisa lebih banyak lagi (menyebarkan virus). Aku akan menggerayangi lalu menodai tubuh yang sehat menjadi sakit dengan cara yang tidak diduga sebelumnya oleh kalian. Aku akan masuk ke tubuh kalian yang diliputi hati penuh keraguan, kepanikan, kecemasan dan ketakutan. 

Begitulah aku hahaha....."kata virus Corona (COVID-19). "Aku juga bisa masuk diantara kesombongan kalian. Kala kalian lengah dan lemah, kuhancurkan ekonomi kalian! Hahaha..." Sungguh suara tawanya sama sekali tak enak buat didengar.

Kala itu semua orang yang mendengar seperti tersihir karenanya. Di balik hati mereka tersimpan berbagai ragam opini. Ada yang percaya dengan waspada dan berjaga-jaga. 

Ada yang tidak percaya dan menganggap semua itu hanyalah kentut belaka. Mereka tak sadar bahaya telah mengincarnya. Ibarat bom waktu yang siap meledak kapan saja. If this happens, this is a nightmare. Bad dreams come true! 

Perlahan namun pasti, pertukaran waktu mulai bergerak cepat. Cepat sekali seperti arus informasi yang menjadi kendaraan utama digitalisasi dan komputerisasi. 

Di dalamnya terlihat menit bagaikan kilat berlari meninggalkan detik demi detik. Dan Januari terlihat pasrah saat kedudukannya diganti oleh Februari. Konon, di bulan Februari inilah  cerita menakutkan dimulai di bumi nusantara. Bahkan menurut sebagian orang, akhir tahun 2019 yang lalu corona telah hadir di Indonesia dalam upayanya mencari mangsa.

Benar saja, sejak Indonesia mengonfermasi kasus pertamanya, kasus kedua, kasus ketiga dan seterusnya hingga sekarang, bermunculan silih berganti. Virus itu begitu cepat bergerak dan menyeruak tidak pandang bulu. 

Dari balita, remaja, dewasa hingga orang tua. Hingga tulisan ini tayang, 14.000 orang lebih  terjangkiti virus corona yang telah menyebar di 34 provinsi. Indonesia terkejut dan dibuat kalang kabut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline