Beberapa waktu lalu, ketika pak Yusuf Kalla mantan wakil presiden Republik Indonesia memberi kuliah umum di auditorium kampus II UIN Alauddin Makassar beliau juga menyindir soal Mahasiswa yang kerdil cita-citanya, yakni lulus sarjana dan menjadi PNS. Artikel beliau baru-baru ini di Kompasiana juga bernada sama.
Saya melihat ada niat membatin yang Pak Yusuf Kalla sedang coba tularkan, beliau bersungguh-sungguh dan yakin akan hasrat baiknya itu. Seperti beliau dikenal khalayak banyak, Ia berharap bangsa ini kokoh kemampuannya untuk berdikari. secara paripurana, mulai dari personal hingga kasta pemerintahan.
Namun, keinginan Pak Yusuf Kalla untuk menjadikan lebi banyak lagi pengusaha-pengusaha handal di masing-masing bidang harus disadari betul sebagai kalimat anti inferior. Sehingga bangsa yang berdikari benar-benar bisa diwujudkan. Bukan justru lepas dari perbudakan yang satu dan kembali jadi budak pada tuan yang lainnya.
Maksudnya adalah, hasrat yang picik akan keinginan menjadi PNS bergaji tetap dan aman harus dikikis. Namun tidak juga menjadi hamba para perusahaan swasta yang tidak baik prilakunya bagi bangsa ini. Indonesia benar-benar harus paripurna dalam memerangi penyakit inferior akut yang dialaminya.
Perguruan Tinggi Penyedia Bahan Baku Siap Pakai Perusahaan
Semangat yang ditularkan Pak Yusuf Kalla, sangat kuat dan beralasan. Saya pun sangat setuju sampai sekarang.
Namun perguruan tinggi yang diharapkan mampu membangkitkan martabat bangsa melalui pendidikan ternyata tidak mampu mewujudkan itu. Sistem dan stimulans yang berputar di sekitar perguruan tinggi hanya semakin melemahkan martabat dan daya Mahasiswa sebagai anak bangsa harapan masa depan.
Mahasiswa lebih ditekankan menjadi karyawan siap pakai di perusahaan-perusahaan sehingga perguruan tinggi tak ubahnya perusahaan itu sendiri, memproduksi bahan baku siap pakai. Namun ironisnya adalah kenyataan tersebut membuat daya jual Mahasiswa menjadi kecil. Karakter ini membangun Mahasiswa-mahasiswa yang menghamba pada pekerjaan tetap dan aman di perusahaan, lalu apa bedanya dengan PNS?
Sebaiknya kita memaknai semangat Pak Yusuf Kalla sebagai semangat anti inferior, yakni semangat yang tidak melemahkan diri sendiri lagi, semangat yang lebih menghargai diri, bangsa ini, sebagai sesuatu yang sangat potensial. Dan berhenti menghamba pada apa pun yang mencoba membatasi bangasa dan masyarakat bangsa ini untuk bebas berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H