Lihat ke Halaman Asli

Gaun Untuk Sang Putri

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah negeri yang permai dan damai hiduplah seorang penjahit tua yang sederhana. Penjahit tua itu sangat disukai oleh semua orang karena dia baik dan suka menolong. Si penjahit tua selalu memberi harga yang murah untuk pelanggannya, bahkan dia sering memberikan pakaian secara gratis kepada orang-orang miskin terutama di saat musim dingin.

Pada suatu hari ibu kota kerajaan negeri permai nampak sangat ramai. Ada apa ya?Ternyata ada perayaan yang sangat istimewa. Sang raja yang sudah sangat tua dan sakit-sakitan akan mengangkat putrinya menjadi ratu menggantikan dirinya. Seluruh rakyat mencintai sang putri karena dia baik hati dan peduli kepada semua orang.

Para pelayan istana menghiasi aula agung dengan bunga-bunga yang indah serta kain-kain sutra yang di bentangkan dengan indah di langit-langit. Sementara itu di luar istana bendera-bendera berwarna-warni dipasang bersama lentera-lentera yang indah. Seluruh penduduk negeri permai turut menyambut dengan gembira.

Namun di dalam istana terjadi keributan. Penjahit istana tiba-tiba sakit sehingga tidak bisa menyelesaikan gaun untuk sang putri.

“Aduh bagaimana ini Tuan Putri, penjahit istana tiba-tiba sakit keras?” Kata kepala pelayan yang cemas kepada sang putri yang sedang asyik membaca buku. Nampaknya sang putri sama sekali tak merasa kuatir.

“Sudahlah kepala pelayan, tak perlu bingung, aku bisa memakai gaunku yang sudah ada.”

“Itu tidak boleh terjadi yang Mulia. Ini adalah perayaan yang sangat penting. Anda harus terlihat cantik dan anggun di hadapan seluruh rakyat.”

“Hmmm.... Baiklah, kalau begitu umumkan kepada seluruh penjahit di kota raja, barangsiapa bisa membuatkan aku sebuah gaun yang paling indah dalam sehari maka aku akan memakainya saat penobatanku dan memberinya hadiah yang banyak. Bagaimana menurutmu?”

“Ah itu ide yang sangat cemerlang Yang Mulia. Hamba akan segera melaksanakannya.”

Dengan segera, kepala pelayan menyuruh pegawai istana untuk menyampaikankan pengumuman ini di seluruh kota.

Pengumuman itu membuat para penjahit di seluruh kota berlomba-lomba untuk mengikutinya. Para pedagang kain diserbu oleh para penjahit mulai dari penjahit terkenal sampai penjahit biasa. Suatu kebanggaan jika gaun yang mereka jahit dipakai oleh Yang Mulia Putri apalagi ditambah dengan hadiah yang banyak. Wah siapa yang tidak mau ya?

Sementara itu si penjahit tua sedang mengirimkan selimut ke sebuah panti asuhan. Tak sengaja dia melihat pengumuman yang baru ditempelkan seorang pegawai istana. Si penjahit tua membacanya dan berpikir sejenak lalu bergegas kembali pulang.

Keesokan paginya, dua orang penjahit paling terkenal di seluruh kota berjalan dengan bangga menuju istana. Rupanya hanya mereka berdua yang mampu menyelesaikan gaun untuk sang putri.

Penjahit pertama maju dan membuka kotak besar yang di bawanya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah gaun berwarna biru langit yang sangat indah.

“Yang mulia, gaun ini terbuat dari sutra terbaik dan dihias dengan permata-permata yang sangat mahal. Sangat cocok untuk tuan putri yang begitu anggun dan cantik.”

Sang putri yang duduk di singgasana hanya diam sambil memandangi gaun yang berkilauan itu.

Kemudian kepala pelayan menyuruh penjahit kedua maju. Dengan hati-hati di keluarkannya gaun buatannya dari kotak besar yang dibawanya. Gaun itu juga tak kalah indahnya dengan gaun yang pertama. Semua pelayan yang melihatnya berdecak kagum.

“Yang mulia gaun ini terbuat dari beludru yang paling lembut di dunia. Dengan warnanya yang hijau tua serta hiasan batu jamrud yang disusun berbentuk rangkaian bunga-bunga yang indah akan sangat serasi dengan kulit yang mulia yang putih. Kecantikan yang mulia akan semakin terlihat jelas.”

“Adakah yang lainnya?” Tanya sang putri.

Semua terdiam. Tiba-tiba terdengar suara parau menyahut.

“Hamba Yang Mulia.”

Ternyata si penjahit tua. Kepala pelayan hendak mengusirnya namun sang putri melarang dan mempersilahkan si penjahit tua menunjukkan gaun buatannya.

Dengan gemetar karena kelelahan, si penjahit tua membuka bungkusan yang di bawanya. Semua orang yang melihatnya saling berbisik saat pak tua itu menunjukkan sebuah gaun sederhana berwarna putih.

“Gaun ini terbuat dari kain katun terbaik yang saya miliki. Kain ini adalah hadiah dari istri hamba, yang ditenun dengan penuh cinta.”

“Huh, lalu mana hiasannya, bagaimana mungkin tuan putri mau memakai gaun yang terlalu sederhana seperti itu.” Ejek penjahit yang membuat gaun beludru.

“Jangan salah, gaun ini dihiasi dengan sukacita, kebaikan, kelembutan dan kerendahan hati, seperti yang dimiliki oleh yang mulia putri.”

Mata sang putri berbinar-binar dan dia turun dari singgasananya.

“Ini gaun yang aku cari. Ini gaun yang paling indah yang pernah kulihat. Aku akan memakainya saat penobatanku. Terima kasih pak tua.” Kata sang putri sambil memegang gaun putih itu.

Akhirnya sang putri memakai gaun berwarna putih yang sederhana itu saat dinobatkan menjadi ratu, namun dia nampak bersinar dan memancarkan keagungan. Seluruh rakyat takjub dan menyembah penuh hormat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline