Lihat ke Halaman Asli

Si Manis yang Pemberani

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah padang rumput, hiduplah keluarga kelinci dengan damai. Bapak dan Ibu kelinci memiliki anak-anak yang sangat banyak. Mereka tinggal bersama di dalam lubang-lubang yang mereka gali di bawah padang rumput. Keluarga kelinci itu hidup bahagia, sejahtera. Padang rumput tempat tinggal mereka selalu menyediakan makanan yang melimpah.

Namun saat ini musim kemarau terasa sangat panjang. Rumput-rumput mulai mengering. Tidak ada lagi air yang tersisa di kolam dekat padang rumput tempat seluruh penghunipadang mengambil air. Tidak tercium lagi bau bunga-bunga yang manis dan harum, yang ada hanyalah bau tanah yang kering dan berdebu.

Keluarga kelinci berlindung di dalam lubang, panas terik di luar dapat dengan segera membunuh mereka. Ibu kelinci merasa sangat sedih karena tidak ada lagi rumput dan bunga segar untuk keluarganya. Anak-anaknya yang masih kecil menangiskarena harus makan akar dan rerumputan yang kurus dan kering.

“Suamiku, bagaimana ini, di padang rumput sudah tidak ada lagi makanan.” Keluh ibu kelinci.

“Tenanglah istriku, mengeluh tidak akan menolong kita. Kita harus berbuat sesuatu.”

“Apa maksudmu suamiku?”

“Aku mendengar suara ini dari para lebah hutan. Di dalam hutan yang jauh di barat ada kolam air yang tidak pernah kering meski di saat musim kemarau. Dan juga di sana masih banyak rumput dan daun-daun segar untuk dimakan. Sebenarnya aku berbuat ingin membawa kita semua pindah ke sana, tetapi perjalanan ke hutan barat sangat jauh dan berbahaya.”

“Lalu apa yang akan kita lakukan, suamiki?”

“Kita harus pergi ke sana untuk mencari makanan. Kita ajak anak-anak yang sudah besar dan kuatuntuk membantu kita mengankut makanan dan air.”

“Tapi bagaimana dengan anak-anak yang masih kecil, siapa yang akan menjaga mereka?” Ibu kelinci bertanya kepada bapak kelinci dengan penuh rasa kuatir.

“Kurasa si manis bisa melakukannya istriku. Bukankah dia sudah terbiasa menjaga adik-adiknya?”

“Kau benar pak. Biar si manis saja yang tunggal di rumah.”

Keesokan harinya, pagi-pagi benar, saat hari masih gelap, bapak dan ibu kelinci dan beberapa ekor anaknya berangkat menuju hutan barat.

“Manis jagalah baik-baik adik-adikmu. Kalian harus tetap berada di dalam lubang. Ingatlah, serigala lapar ada di mana-mana. Berhati-hatilah.”

“Baik bu aku akan menyapa mereka.”

Kemudian berangkatlah rombongan bapak kelinci menuju hutanbarat.

“Nah adik-adikku, kita harus tetap berlindung di dalam rumah sampai bapak danibu pulang kembali.” Kata si manis sambil menggiring adik-adiknya masuk ke lubang yang paling dalam dan aman.

Namun adiknya yang bungsu tidak mau mendengarkan nasehatnya. Diam-diam si kelinci keluar dari lubang persembunyian.

“Huh, menyebalkan sekali, sudah berminggu-mingguaku dilarang keluar dari rumah. Nah kebetulan bapak dan ibu sedang pergi, sekarang aku bisa bermain sepuas-puasnya di luar.”

“Hayo kelinci kecil, kamu mau ke mana?”

Betapa kagetnya si kelinci kecil melihat kakaknya si manis sudahberdiri di hadapannya.

“Cepat masuk ke dalam! Di luar sangat berbahaya!”

“Cerewet, kau ini hanya kakakku bukan ibuku. Tidak usah menasehatiku!” si kelinci kesal sambil melompat pergi.

Si manis berusaha mengejar adiknya yang nakal, namun si kelinci kecil lebih cepat dan gesit. Dalam sekejap dia sudah menghilang di balik rerumputan yang kering.

Si kelinci kecil melompat-lompat kegirangan. Dia begitu gembira sampai-sampai tak menyadari segerombolan serigala kelabu mengelilingnya.

Si kelinci sangat terkejut. Kegembiraannya berubah menjadi kengerian saat gigi-giginya tajam para serigala meneteskan air liur.

“Halo kelinci yang manis, apa kau tersesat?”

“He…he….he. Dia cukup gemuk, pasti dagingnya empuk dan nikmat.”

“Sudahlah jangan banyak bicara aku sudah lapar!”

Para serigala lapar itu mendekati si kelinci kecil yang gemetar ketakutan. Tapi tiba-tiba terdengar teriakan keras. Ternyata si manis datang dengan cepat dan menendang wajah salah satu serigala kelabu itu, kemudian dengan cekatan dia menendang pasir ke muka para serigala. Serigala-serigala itu kesakitan karena mata mereka terkenapasir. Tanpa membuangwaktu, si manis menggendong si kelinci kecil dan membawanya pergi. Dia berlari sekuat tenaga. Dari kejauhan terdengar gonggongan marah para serigala yang mengejar. Beruntung lubang perlindungan sudah tampak di depan mata. Si manis segera masuk, dia membawa si kelinci kecil ke tempat yang paling dalam dan awan. Betapa leganya si kelinci kecil.

“Terimakasih kak sudah menolongku. Maafkan aku karena tidak menengarkan kata-katamu.”

“Sudahlah yang paling penting kita selamat. Ingatlah kita ini bersaudara dan aku menyayangimu.”

“Iya kak aku juga menyayangimu, mulai sekarang aku akan selalu mendengarkan nasehatmu.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline