Lihat ke Halaman Asli

Eksploitasi Perempuan di Media Sosial

Diperbarui: 13 Desember 2016   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eksploitasi Perempuan': pixabay.com

Sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar, masyarakat kerap kali mengeksploitasi perempuan di Media Sosial (medsos). Tidak jarang pada medsos ditemui foto-foto atau gambar-gambar yang jauh dari nilai-nilai kesopanan, budaya dan agama masyarakat Indonesia. Foto-foto atau video-video perempuan yang dapat membuat mata lelaki terpesona untuk memandang lebih lama. Lalu, apakah hal ini pantas untuk kita biarkan terus menerus?

Medsos sebagai bagian dari media massa untuk berkomunikasi serta memberikan informasi yang seharusnya memberikan wawasan, pengetahuan, pendidikan dan hiburan kepada masyarakat, akan tetapi penggunaan medsos kian hari kian melampaui batas-batas kesopanan. Penggunaan medsos yang melampaui batas-batas kesopanan dapat membentuk opini publik yang negatif terhadap perempuan-perempuan Indonesia.

Banyak pengguna medsos yang mengunggah foto-foto atau gambar-gambar syur dari dirinya atau perempuan-perempuan yang mengenakan busana ketat hingga terlihat lekuk-lekuk raganya. Gambar-gambar tersebut berupa foto-foto atau video dari perempuan-perempuan yang berpose feminim, berbusana renang atau gambar-gambar wanita yang mengenakan setengah pakaian atau hanya menggunakan pakaian dalam.

Ada juga foto-foto dari lelaki dan perempuan yang bermesraan padahal bukan merupakan pasangan yang sah menurut agama dan negara. Gambar tersebut memperlihatkan adegan-adegan yang seharusnya hanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Adegan-adegan yang dianggap tabu pada zaman dahulu, kini dianggap hal yang lumrah dalam kehidupan masyarakat modern seperti berpelukan, gandeng tangan, ciuman bahkan ada yang lebih dari itu.

Tulisan-tulisan yang mengandung kata-kata ambigu kerap kali ditemukan pada akun-akun dari pengguna medsos. Tulisan-tulisan tersebut membentuk kalimat-kalimat yang dapat menyebabkan kesalahan dalam mendefinisikan peran-peran perempuan masyarakat Indonesia. Kalimat-kalimat dahsyat yang dapat membentuk bermacam-macam opini publik hingga dapat merendahkan kaum perempuan dihadapan para lelaki seperti “Kartini dahulu, habis gelap terbitlah terang dan Kartini sekarang, pergi gelap pulang terang”.

Semua hal di atas, dapat ditemukan pada blog-blog dari pengguna medsos. Akun-akun tersebut dapat berupa akun-akun yang tidak jelas identitas pembuatnya. Ada yang menggunakan nama-nama wanita yang belum tentu dirinya adalah perempuan. Ada juga akun-akun yang dibuat diri sendiri, tapi tanda sadar telah memperlihatkan perilaku sosial yang melampaui batas-batas kesopanan dalam mengunggah gambar-gambar atau tulisan-tulisan di medsos.

Penyelewengan norma-norma kesopanan yang terjadi dari akun-akun pengguna medsos, dapat dibuat oleh para remaja yang masih berstatus pelajar maupun orang dewasa yang telah mandiri. Akun-akun dibuat tidak mengenal batas usia. Setiap masyarakat dapat membuat akun-akun di medsos, setiap masyarakat berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam memberikan informasi atau berkomunikasi dan setiap masyarakat berpotensi melampaui batas-batas kesopanan dalam mengunggah informasi.

Akibat dari penyelewangan norma-norma kesopanan yang ada dalam masyarakat Indonesia, dapat menciptakan paradigma publik yang negatif terhadap kaum hawa. Merendahkan kaum perempuan, menyepelekan kaum perempuan bahkan menghakimi kaum perempuan. Anggapan bahwa kaum perempuan mudah dibeli, mudah dibayar lalu mengikuti kemauan para pembeli atau mudah dibodohi serta ditipu.

Lebih mengerikan lagi ketika terjadi kekerasan atau kejatan terhadap kaum perempuan akibat definisi yang salah terhadap peran-peran perempuan. Kejahatan dapat terjadi karena ada niat dan kesempatan. Pelaku kejahatan melihat kesempatan yang ada untuk melakukan tindakan kekerasan atau kejahatan-kejahatan lain dari blog-blog pengguna medsos. Tindakan tersebut dapat menimbulkan penawaran untuk melakukan tindakan prostitusi atau perdagangan wanita baik dewasa maupun yang masih di bawah umur.

Akibat-akibat lain dari penyelewangan norma-norma tersebut yaitu pencitraan. Tidak jarang masyarakat menciptakan opini-opini yang mengkambing hitamkan pendidikan sebagai penyebab dari penyelewangan norma-norma yang ada, baik norma kesopanan, budaya dan agama. Pendidikan dianggap kurang berpotensi membangun kemajuan masyarakat. Pendidikan dianggap tidak mampu memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat sehingga pendidikan dianggap kurang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan tidak salah, akan tetapi masyarakat tertentu saja yang tidak ingin menerima pendidikan sehingga menghasilkan masyarakat yang tidak terdidik. Pelajar-pelajar menjadikan telat ke sekolah sebagai agenda harian yang wajib dilakukan. Saat ujian, sibuk membuat sontekan yang seharusnya belajar bukan menyontek. Busana seksi dijadikan seragam yang wajib dipakai pada perkuliahan meski dilarang. Panjat tembok dijadikan olahraga yang menyenangkan untuk bolos sekolah. Pacaran menjadi mata pelajaran penting yang wajib diikuti setiap pelajar. Ijazah dijadikan senjata untuk mencari pekerjaan, bukan pengetahuan yang dijadikan senjata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline