Lihat ke Halaman Asli

Kearifan Berharga dari Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1336219706506327686

Mantan Menteri Kesehatan kita memang telah berpulang ke rahmatullah pada 2 mei 2012, tepat pada momentum hari pendidikan nasional. Tak terasa sudah sejak beberapa hari lalu ibu meninggalkan keluarga, masyarakat, dan negeri yang dicintainya. Namun, kearifan serta kebijaksanaan yang ditinggalkannya bagi kita semua cukup perlu dijadikan teladan bagi kita. Secara khusus, tentulah kepada para penderita kanker paru-paru di seluruh tanah air.

[caption id="attachment_186412" align="aligncenter" width="300" caption="RIP Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih(Sumber:http://www.antaranews.com/berita/308881/jenazah-endang-rahayu-sedyaningsih-dimakamkan)"][/caption] Ibu Endang adalah sosok pribadi yang sederhana namun kuat. Ya, kebesaran jiwa telah menempa dirinya untuk terus melanjutkan tugas-tugas yang dipercayakan kepada dirinya. Amanah ini harus ditunaikan, namun kelemahan fisik jua yang membikin diri tak menuntaskan segalanya. Tentu saja ini wajar. Ibu Endang telah memberikan yang terbaik yang ia bisa. Tapi, sekali lagi, apa daya cukup sudah perjuangan dan amanah itu karena ajal yang tak bisa dipungkiri. Menjelang hari-hari terakhir kematiannya Ibu sudah menyatakan untuk mengundurkan diri dalam tugas-tugasnya. Sebuah sikap yang perlu diteladani bagi para pejabat negeri ini yang getol memburu dan mempertahankan kekuasaan ketika dirinya tak lagi bisa berbuat banyak untuk rakyat dan bangsanya. Seuntai garnet dalam hidupku, demikian judul buku terakhir Ibu Endang yang menderita kanker paru-paru sejak Oktober 2010 namun terus berjuang untuk mengatasinya hingga ajal menjemputnya. Lain lagi kata pengantar yang ditulis Ibu Endang pada buku Berdamai dengan kanker yang menggambarkan kekuatan jiwa dan ketegarannya dalam menghadapi segalanya. Disinilah letak kearifan dan kebijaksanaan yang bisa kita petik. Ibu bukanlah penggerutu yang mengeluh-eluhkan penyakitnya. Justru, Ibu menganggapnya sebagai salah satu anugerah dari Tuhan. Ibu adalah sosok pribadi yang pandai bersyukur. Ibu paham dan menyadari Tuhan pasti mempunyai rencanaNya dibalik semua ini. Dan ibu SIAP untuk menjalankannya.

Semua adalah karena anugerahNya semata. Jadi, terimalah segalanya dengan rasa syukur. Lamanya Hidup, menurut Ibu, tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Dan hikmah berharga terakhir yang ditorehkan Ibu bagi kita: Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline