Dalam penelitian Yudiana dan Leman Mulyana, cost of capital dijelaskan sebagai seluruh biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari berbagai sumber. Komponen-komponen cost of capital, umumnya terdiri dari biaya modal sendiri (cost of equity) dan biaya hutang (cost of debt).
Biaya modal sendiri mencakup sumber dana yang dihasilkan oleh perusahaan dari internalnya, sedangkan biaya hutang melibatkan dana yang diperoleh dari luar perusahaan. Pendanaan ini memiliki peran penting dalam mendukung perusahaan untuk meningkatkan aktivitas operasional dan produksinya.
Sebagai contoh, PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk, menghitung biaya modal yang melibatkan modal sendiri, termasuk modal saham, modal dasar, saldo laba yang telah dan belum ditentukan penggunaannya, serta keuntungan dari efek dan obligasi (Yudiana, dkk, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tri Lestari Ningsih dan Hartini, biaya modal juga dijelaskan sebagai biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari berbagai sumber, termasuk hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan. Biaya modal ini digunakan untuk mendanai investasi atau operasi perusahaan (Ningsih, T. L, dkk, 2017).
Hari Sulistiyo, dalam penelitiannya, menambahkan bahwa tujuan dari biaya modal adalah untuk menentukan biaya riil dari penggunaan modal masing-masing sumber dana (Sulistiyo, H, 2017).
Menurut Andry Sugeng dan Agus Afandi, biaya modal mencakup semua biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana. Biaya tersebut dapat bersifat eksplisit, seperti biaya bunga, atau bersifat implisit, yaitu biaya yang tidak dibayarkan pada saat ini tetapi dibayarkan di masa yang akan datang, seperti selisih harga obligasi yang dibayarkan pada saat jatuh tempo (Sugeng, A, dkk, 2021).
Dalam penelitian jurnal utama, diungkapkan bahwa biaya modal adalah tingkat pendapatan minimum yang diharapkan oleh pemilik modal. Dari perspektif perusahaan yang memperoleh dana, biaya modal mencerminkan biaya atas dana yang diperoleh oleh perusahaan.
Besarnya biaya modal suatu perusahaan sangat tergantung pada sumber dana yang digunakan oleh perusahaan, terutama sumber dana jangka panjang (Ernawati, B, 2020). Penelitian Slamet Heri Winarno menyatakan bahwa penaksiran biaya modal dilakukan berdasarkan aliran kas, bukan keuntungan, karena kas merupakan faktor sentral dalam pengambilan keputusan investasi.
Perusahaan melakukan investasi dengan harapan mendapatkan kas lebih besar di masa yang akan datang. Penerimaan kas tersebut dapat diinvestasikan kembali atau dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang saham.
Dalam penaksiran aliran kas, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Taksiran kas harus didasarkan pada dasar setelah pajak, 2) Informasi harus didasarkan pada "incremental" suatu proyek, dan 3) Aliran kas keluar tidak boleh memasukkan unsur bunga jika proyek direncanakan akan didanai dengan pinjaman (Winarno, S. H, 2014).
Penelitian oleh Intan Fitriyani dan Aris Munandar menegaskan bahwa biaya modal memiliki peran penting dalam menganalisis investasi karena menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus dicapai. Jika investasi tidak mampu menghasilkan laba setidaknya sebesar biaya yang dikeluarkan, maka investasi tersebut dapat dianggap tidak menguntungkan (Fitriyani, I, dkk, 2020).