Lihat ke Halaman Asli

Wanda Nuriza

A student at Politeknik Negeri Bandung

Gadis di Ujung Penantian

Diperbarui: 13 September 2020   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku selalu ingin mengutarakan banyak hal yang tak sempat ia dengar.

Setidaknya, dengan ini, ia akan sempat membaca


-Bandung, 20-02-2020


 Hari Pertama 

Pukul 05.00 WIB

Pagi masih hitam, tapi aku sudah beranjak pergi menuju Sekolah baru. Kalau saja Minggu kemarin seragamku tidak ketinggalan di lemari Perpustakaan, mungkin aku bisa berangkat agak siang hari ini. Karena masih pagi, kuputuskan untuk jalan kaki saja. 

Biarpun banyak pasang mata memandangku aneh, aku cuek bebek saja.

"Neng, sengaja berangkat subuh ya?"  tanya seorang ibu sambil melempar senyum padaku.

Aku hanya balas memberinya senyuman karena terburu-buru. Tertinggal satu menit saja, mungkin seperangkat seragam sekolah itu bisa raib entah kemana. Beruntung benda berharga itu bisa terselamatkan. Setelah aku cek di Perpustakaan, ternyata kantong plastik berisi seragam milikku masih tergeletak di tempat asalnya.

Baru hari pertama Sekolah sudah kena musibah. Dasar aku.

7 hari sebelum resmi menyandang status sebagai anak SMA ...

"Sembilan belas, dua puluh, dua puluh satu ... "

Aku terus menghitung buku-buku lapuk yang siap untuk dikilo, termasuk diary yang sudah tidak kubutuhkan lagi. Diary bisa menjadi horcrux yang harus dimusnahkan, jika isinya tentang masa lalu yang konyol dan menyakitkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline