Lihat ke Halaman Asli

Wanda Fauziah Rachmawati

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Rasa Takut dan Penjelasannya Menurut Islam

Diperbarui: 7 Juli 2021   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Matthew Henry from Burst 

Di dalam kehidupan yang kita jalani pastilah ada saat-saat dimana kita merasa takut. Perasaan takut yang kita alami ini sangat wajar terjadi. Rasa takut yang kita miliki tersebut termasuk salah satu dari perasaan yang diturunkan oleh nenek moyang. Perasaan ini dapat membantu kita untuk bertahan hidup, tetapi juga dapat membuat kita berada dalam keadaan yang tidak sehat jika perasaan takut yang dimiliki terlalu berlebihan dan justru mengontrol pikiran kita.

Saat merasakan rasa takut tersebut kita berada dalam challenging situation, situasi sulit yang sedang kita alami. Dalam situasi sulit tersebut biasanya respon seseorang akan fight or flight

Dua respon tersebut yang sering ditunjukkan seseorang saat dirinya merasa takut. Ketika memilih untuk menghadapi apa yang ditakutinya atau rasa takutnya disebut fight. Sedangkan flight, itu berarti seseorang tersebut justru lari dari sumber ketakutannya.

Ketika kita berpapasan dengan anjing saat berjalan-jalan, apa yang akan dilakukan? Kebanyakan orang akan lari sekencang-kencangnya. Beberapa mungkin akan tetap berjalan meski ia takut.

Situasi-situasi yang dapat memicu rasa takut tersebut dapat terjadi karena kita memiliki pengetahuan atau pengalaman terhadap suatu hal seperti takut kepada anjing karena pernah dikejar, takut kepada dosen karena pernah dimarahi, takut pada singa dikarenakan pernah ada kejadian singa memakan manusia, dan hal-hal lain.

Selain itu, masa depan yang tidak menentu, pemikiran kita tentang suatu hal, serta adanya ancaman nyata yang sedang dihadapi dapat menjadi sumber rasa takut.

Bagaimana rasa takut diproduksi dan seperti apa reaksi di dalam tubuh kita?

Stimulus yang diterima oleh sistem sensori seperti mata, mulut, hidung, telinga, ataupun kulit dilanjutkan oleh saraf-saraf menuju ke otak untuk dipersepsikan. Selanjutnya, menurut Healthline.com, respon fight-flight saat kita takut muncul karena amygdala, bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengolah emosi mengirimkan sinyal ke bagian lain di otak yaitu hipotalamus yang kemudian menstimulasi sistem saraf otomatis, lebih spesifik pada sistem saraf simpatetik, yang ada di tubuh.

Ketika sistem saraf tersebut terstimulasi, tubuh kita akan mengeluarkan hormon-hormon stress, hormon adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon tersebut tentunya dapat mempengaruhi organ tubuh yang lain seperti adanya peningkatan denyut jantung, kulit akan mengeluarkan banyak keringat, mempengaruhi paru-paru karena pernapasan kita bertambah cepat, tangan dan kaki dapat terasa dingin, telinga kita menjadi lebih sensitif, serta pupil mata kita membesar menyebabkan kita dapat melihat lebih jelas.

Pada penemuan terbaru selain fight-flight, para peneliti menambahkan respon freeze. Respon diam tidak bergerak saat bertemu dengan sesuatu yang kita takuti, inilah yang disebut dengan freeze. Seperti yang dicontohkan diatas saat bertemu dengan anjing, kita tidak lari ataupun terus berjalan, melainkan diam di tempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline