Lihat ke Halaman Asli

Wanda Ardika

UIN Walisongo Semarang/pelajar

Mengasah Potensi Anak Usia Dini: Strategi Terbaik dalam Pendidikan

Diperbarui: 13 Juni 2023   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengasah Potensi Anak Usia Dini: Strategi Terbaik Dalam Pendidikan 

 

Secara esensial, anak tumbuh dan mengembangkan diri melalui pengasuhan keluarga. Keluarga merupakan sebuah komunitas kecil yang terbentuk melalui pernikahan. Dalam Islam, pembinaan keluarga dan rumah tangga dimulai dengan prinsip bawaan setiap individu, yaitu "kasih sayang". Islam mengajarkan kepada umat Muslim, khususnya suami istri, untuk mendidik anak-anak mereka sebaik mungkin guna mencapai tujuan ini. Menurut psikologi perkembangan, masa kanak-kanak adalah periode awal kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir dan berakhir saat mencapai usia dewasa. 

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa masa kanak-kanak sangat penting dalam menentukan arah kehidupan seseorang, di mana pada masa ini terdapat karakteristik dan potensi khusus yang menjadi dasar pertumbuhan mereka di masa depan (Thaha, 2009: 81). Dalam membentuk anak menjadi individu yang handal, orang tua memiliki tugas yang berat dan berperan penting. Mereka diharapkan untuk memahami karakteristik anak pada masa ini, mengenali hak-haknya, dan menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan mental, minat, dan kreativitas secara seimbang dan optimal.

Tujuan dari mengembangkan bakat dan minat anak adalah agar mereka dapat belajar dan bekerja di bidang yang diminati serta sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki. Hal ini bertujuan agar anak dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal dan dengan antusiasme penuh di masa depan. Setiap orang tua tentunya ingin anaknya menjadi kreatif, karena pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kreatif, namun permasalahannya adalah sejauh mana potensi tersebut dapat dikembangkan oleh orang tua sehingga anak dapat tumbuh dewasa dan menghasilkan karya serta gagasan yang luar biasa. 

Untuk mengasah dan mengembangkan kreativitas, minat, dan bakat, proses ini sebaiknya dimulai sejak usia dini anak. Sebagai orang tua yang ingin anaknya menjadi kreatif, penting untuk memahami bagaimana mengembangkan dan meningkatkan kreativitas, minat, dan bakat anak.

Selain memperhatikan perkembangan fisik, kognitif, dan psikomotorik anak, orang tua juga harus memperhatikan perkembangan aspek afektif dan ruhani. Aspek-aspek ruhani harus diajarkan oleh orang tua agar anak dapat menjadi individu yang kuat dalam urusan dunia dan agamanya. Artikel ini, selain memberikan gambaran tentang cara mengembangkan anak, minat, bakat, dan kreativitasnya, juga menggambarkan bagaimana al-Qur'an memberikan panduan ruhani pada anak sejak usia kanak-kanak, seperti yang terlihat dalam pendidikan Lukman kepada putranya.

A. Pengembangan Potensi Melalui Kreativitas Anak

a. Seputar kreativitas anak

Istilah kreativitas bukanlah hal baru yang asing bagi kita, bahkan sering kali kita mendengarnya dan menggunakannya. Namun, sebenarnya tidaklah mudah untuk memberikan definisi yang tepat tentang apa itu kreativitas. Di bidang psikologi, telah ada banyak definisi yang dibuat mengenai kreativitas.

Beberapa pakar mendefinisikan kreativitas sebagai aktivitas kognitif yang menghasilkan metode baru dalam memecahkan masalah. Ahli lainnya mengartikan kreativitas sebagai potensi seseorang untuk menghasilkan karya atau ide yang orisinal. Ada juga yang menggambarkan kreativitas sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, baik dalam bentuk hasil yang dapat dinilai maupun ide yang mengarah pada penciptaan karya baru (Tim Pustaka Familia, 2006: 252).

Alimah dan rekannya (2013: 141) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk berpikir secara beragam, ditandai dengan kelancaran ide atau aliran pemikiran, fleksibilitas dalam memikirkan berbagai solusi masalah, atau mencari hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah ada. Jika seorang orang tua cenderung melarang tanpa memberikan solusi, itu menunjukkan kurangnya kreativitas dari orang tua tersebut. Ketika harus melarang, orang tua sebaiknya memberikan alasan yang logis kepada anak-anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline