Anemia adalah dimana kondisi tubuh memiliki kekurangan hemaglobin dari batas normal. Hemoglobin memiliki tanggung jawab untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan organ lainnya. Apabila tubuh memiliki kekurangan sel darah merah, cadangan oksigen terhambat, menyebabkan kelelahan, kelemahan, dan komplikasi kesehatan lainnya (setiyadi, dkk.,2023). Kekurangan sel darah merah atau bisa disebut dengan anemia dapat menimbulkan dampak bagi remaja putri. Diantaranya komplikasi kehamilan, bayi lahir prematur dan menurunkan daya tahan tubuh (Rohmatika,dkk.,2023). Selain itu, dampak anemia pada remaja putri menurut Clarita (2020) tumbuh kembang yang terlambat dan penurunan aktivitas. Sedangkan menurut Herliana (2021) anemia berdampak pada penurunan konsentrasi belajar yang dimana akan berdampak pada prestasi belajar.
Klasifikasi anemia berdasarkan morfolongi terbagi menjadi tiga yaitu anemia makrostik, anemia mikrositik dan anemia normostik. Anemia makrostik adalah anemia dengan ciri MCV > 100 fL. Penyebab anemia ini dikarenakan retikulosit yang meningkat, adanya metabolisme abnormal asam nukleat pada prekusor eritrost, maturasi eritrosit yang terganggu, alkohol, penyakit hati dan hipotiroidisme. Anemia mikrostik adalah anemia dengan eritrosit yang mengecil dengan MCV < 80 fL. Anemia ini disebabkan kurangnya zat besi, terjadi keracunan logam, berkurangnya sintesis globin. Sedangkan anemia normostik merupakan anemia dengan karakteristik MCV normaal antara 80-100 fL. Penyebab anemia normostik yaitu anemia hemolitik, penyakit ginjal kronik, sindrom kardiorenal, dan anemia hemolitik disebabkan kelainan intrinsik dan ekstrinsik sel darah merah (Irawan, 2013). Berdasarkan WHO 2001 nilai Hb normal umur 5-11 tahun < 11,5 g/dL, 12-14 tahun ≤12,0 g/dL, sedangkan umur diatas 15 tahun untuk wanita > 12,0 g/dL dan pria > 12,0 g/dL (Gunadi et.al., 2016 dalam rizki, 2021).
Dampak utama anemia adalah kurangnya oksigen yang diakibatkan oleh jumlah sel darah merah yang rendah. Oksigen sangat penting bagi tubuh manusia untuk menjalankan berbagai fungsi. Ketika tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup, berbagai masalah kesehatan dapat muncul. Individu dengan anemia sering mengalami kelelahan berat, sulit berkonsentrasi, dan merasa lemah. Kekurangan oksigen dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi dengan baik, sehingga dapat membatasi aktivitas sehari-hari dan mengganggu produktivitas individu. Pembuluh darah juga dapat terpengaruh oleh anemia. Dalam kondisi ini, tubuh mencoba untuk mengkompensasi kekurangan sel darah merah dengan meningkatkan denyut jantung. Jantung yang berdetak sangat cepat dan pembuluh darah yang mengecil untuk meningkatkan suplai oksigen ke organ lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah yang tinggi. Jika tidak ditangani dengan baik, anemia dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan masalah kardiovaskular lainnya.
Selain itu, anemia juga dapat berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh. Kekurangan sel darah merah dapat mengakibatkan penurunan jumlah sel darah putih, yang penting untuk melawan infeksi. Ini berarti individu dengan anemia cenderung lebih rentan terhadap infeksi, dan infeksi yang terjadi dapat menjadi lebih serius. Tubuh yang melemah karena anemia tidak dapat melawan penyakit dan meregenerasi jaringan tubuh dengan baik. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, anemia terjadi pada perempuan sebesar (23.9%) daan laki-laki (18.4%). Berdasarkan hal itu, perempuan memiliki persentase yang tinggi terkena anemia dibandingkan laki-laki karena pada perempuan mengalami menstruasi setiap bulan yang akan mengakibatkan kehilangan sel darah merah yang cukup banyak.
Selain itu, Salah satu penyebab utama anemia adalah kurangnya asupan zat besi. Zat besi merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk membentuk hemoglobin dalam sel darah merah. Tanpa cukup adanya zat besi, tubuh tidak dapat memuat cukup sel darah merah yang diperlukan. Kurangnya asupan zat besi bisa disebabkan oleh diet yang kurang berkualitas atau tidak seimbang. Asupan makanan seperti daging merah, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran hijau mengandung zat besi. Oleh karena itu, seseorang yang tidak mendapatkan asupan zat besi dari makanan mereka mungkin berisiko anemia. Selain kekurangan zat besi, kurangnya Vitamin B kompleks juga akan mengakibatkan anemia. Vitamin B kompleks merupakan nutrisi yang akan membantu tubuh memproduksi dan memperbaiki sel darah merah. Mengkonsumsi cukup asam folat biasanya disarankan untuk wanita hamil, karena kurangnya Vitamin B kompleks pada ibu hamil dapat menyebabkan kelainan pada janin. Asupan yang kaya Vitamin B kompleks termasuk sayuran buah-buahan, kacangang maupun biji-bijian yang diperkaya. Seorang individu juga dapat mengalami anemia karena kekurangan vitamin B12. Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang akan membangun sel darah merah dan melindungi kesehatan saraf dan otak. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi jika seseorang memiliki masalah penyerapan dalam sistem pencernaan mereka atau jika mereka memiliki diet yang rendah atau tanpa daging. Kebutuhan vitamin B12 dapat dipenuhi dengan mengonsumsi daging, telur, produk susu, dan makanan yang diperkaya dengan vitamin B12.
Gejala anemia biasanya lemas, letih, lesu, mata berkunang-kunang, mudah lelah, sering pusing, lunglai. Adapun gejala lainnya, yaitu pucat pada bibir, telapak tangan, kulit, kelopak mata, dan lidah. Maka dari itu, khususnya untuk perempuan yang masih remaja, anemia harus dihindari supaya tidak mengakibatkan efek jangka panjang. Cara untuk mencegah dan mengobati anemia membutuhkan asupan makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, sayuran dan kacang, asam folat, vitamin A, vitamin C dan mengkonsumsi tablet tambah darah. Dosis yang perlu dikonsumsi adalah satu tablet setiap minggu. Saat mengkonsumsi zat besi disarankan untuk tidak mengkonsumsi teh, karena di dalam teh terdapat zat tanin yang dapat menghambat zat besi saat penyerapan. Untuk itu pada menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, penting juga untuk menghindari kebiasaan hidup yang dapat memicu anemia. Misalnya, menghindari merokok dan alkohol dapat membantu memperbaiki penyerapan zat besi dalam tubuh.
Merokok dan alkohol dapat mengganggu penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk produksi sel darah merah yang sehat, sehingga dapat mengurangi risiko anemia. Selanjutnya, menjaga kesehatan umum juga penting dalam pencegahan anemia. Olahraga teratur dapat meningkatkan pertumbuhan sel darah merah dan meningkatkan sirkulasi darah. Kegiatan fisik yang cukup juga dapat membantu mempertahankan berat badan yang sehat, mengurangi risiko anemia pada kelompok dengan berat badan tidak normal. Juga, tidur yang cukup dan mengurangi stres dapat membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk mencegah anemia. Selain itu, untuk mencegah anemia bisa melalui internet dengan tujuan mencari informasi yang terkait anemia.
Adanya internet tersebut bisa memberikan sebuah solusi serta informasi untuk mengatasi dan mencegah anemia. Pencegahan anemia memerlukan peran dukungan yang sangat penting dari diri sendiri, keluarga, serta masyarakat sekitar. Peran keluarga dalam pencegahan anemia dengan cara meyakinkan bahwa didalam keluarganya menerima asupan makanan yang seimbang dan kaya nutrisi, dan juga peduli dengan ciri-ciri gejala anemia. Peran masyarakat untuk pencegahan anemia dengan cara lebih meningkatkan kesadaran terkait penyakit anemia dan memberi tahu bahwa pola makan yang seimbang dan kaya nutrisi itu sangat penting, serta dapat memperhatikan program dari pemerintah terkait anemia supaya masyarakat yang membutuhkan bisa terus mengakses
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H