Lihat ke Halaman Asli

Perspektif dan Konsep Kepemimpinan Perempuan

Diperbarui: 25 Mei 2022   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo guys, kalau lagi ngebahas tentang konsep kepemimpinan pasti cakupannya luas banget kan! nah, tidak jarang juga kalau hal tersebut dikaitkan dengan identitas gender, akan tetapi sebenarnya konsep serta perspektif dari kepemimpinan itu luas banget loh! 

Disini penulis akan mengulik perspektif serta konsep kepemimpinan perempuan, seorang perempuan juga mampu menjadi seorang pemimpin yang sukses tanpa meninggalkan kodrat kewanitaannya untuk harus bersifat maskulin. 

Sebelum membahas lebih jauh, apasih makna dari kepemimpinan itu? oke, jadi kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. 

Persoalan kepemimpinan perempuan dalam beberapa perspektif merupakan sesuatu yang unik dan urgent untuk dibicarakan, bahkan selalu menjadi perdebatan yang tak kunjung sirna. Secara biologis, perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki  dapat terlihat jelas, tetapi dari segi hak dan kewajibannya sebagai manusia memiliki kesamaan. 

Keberadaan perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata, perempuan bukan hanya sebatas persoalan dapur, sumur, dan kasur. 

Sebenarnya kerap kali penafsiran yang salah terhadap perempuan dapat memantik terjadinya ketidakadilan dan kesenjangan gender. 

Tonggak kepemimpinan seorang perempuan tidak lepas dari peran serta dedikasi perjuangan para tokoh perempuan, salah satunya adalah R.A Kartini. Pada sisi lain kiprah perempuan tidak serta merta menghilangkan peran fungsi fundamental, yakni perannya sebagai ibu untuk melahirkan, menyusui, dan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. 

kepemimpinan tidak sebatas tentang kekuatan fisik dan sifat-sifat maskulin yang ada pada diri seseorang berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin tidak dapat menjadi ukuran apakah seseorang bisa mengisi jabatan kepemimpinan. 

Dengan demikian, tidak diragukan lagi dorongan ke arah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam konteks kepemimpinan sebenarnya sebuah konsep saling mengisi yang tidak menjadikan perbedaan biologis menimbulkan ketidaksetaraan dalam kehidupan. 

Fungsi biolois harus dibedakan dari fungsi-fungsi sosial, ibadah dan hak untuk mendapat kesejahteraan hidup.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline