Lihat ke Halaman Asli

Naik Kendaraan Umum Agar Belajar Akan Norma yang Berlaku

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua minggu ini agak intesn naik APTB dan Busway, hal ini terjadi karena mendapat beberapa proyek yang jaraknya agak berjauhan, teramat macet dan hanya mungkin ditempuh dengan kendaraan tanpa halangan. APTB dan Busway,… menjadi pilihan yang memungkinkan. Tiga tahun lalu komuter line menjadi pilihan saya untuk kembali berkuliah di Depok, dari SMA N 8 menggunakan ojek ke stasiun Tebet,… karena berlawanan arah.. nyaman,.. sepi dan menikmati perjalanan,…

Awalnya nggak berani naik busway.. terkesan padat, dan bus-nya sering mogok dan terbakar.. wuiih seram. Tapi karena keterpaksaan daripada naik yang pakai argo,.. yaa udah APTB dan Busway jadi pilihan. Mulanya masuk ke halte Busway,.. yaaa harus ikut aturan jalan di sisi yang benar, nggak perlu balapan karena nggak ada piala untuk kecepatan sampai di halte,….membayar tiket,.. 3500… dari uang yang berkembalian… sekarang jangan harap uang kembalian.. uang pas,.. hehehe. Agar mempercepat antrian,… berdiri di pintu yang sesuai,.. memang sih terkadang antriannya panjang.. belajar antri sesuatu yang tidak diajarkan lagi di sekolah… dulu saat SD kalau tidak ada upacara… masuk kelas berbaris..lencang kanan,.. berhitung.. membei salam dan masuk kelas. Awalanya kesal,.. berbaris terus, padahal itu ajaran yang baik ketika kita tumbuh dewasa dan menjadi pemimpin terutama pemimpin diri pribadi sendiri.

Mengatur diri sendiri, menertibkan diri sendiri dan mendisplinkan diri sendiri,.. baru melihat orang lain. Jangan kaget teori antrian yang dipelajari saat kuliah berlaku di jalur Busway,.. jangan pernah penumpang yang mau masuk bus mendahului penumpang yang turun..jangan pernah duduk atau berdiri di ruang khsusus wanita,. dan jangan duduk di bangku yang dikhusukan untuk orang tua, ibu hamil dan orang cacat,…aturan yang meminta sebagian hak kita yang datang lebih dahulu tetapi dengan sebuah konsekwensi yang Allah turunkan.

Kehidupan sosial memang menunjukkan bahwa pembelajaran sesungguhnya adalah pengalaman hidup di masyarakat , di kelas kita belajar teori dan sedikit praktek. Di masyarakat akanbanyak kejadian, fenomena bahkan friksi yang hanya ada di kenyataan, dalam teori-teori mungkin belum tertulis karena sedemikian sukarnya untuk diprediksi. Misalnya tabrakan keinginan oleh sebagain orang, untuk mau cepat, mau aman dan maunya sendiri. Jadi jika ingin melihat sejauh mana kemapanan hidup seseorang bukann saat ada di zona aman kemandirian, lihat saat dia berinteraksi dengan sesama. Jika kita lebih sering ada di zona aman kemandirian alias kesendirian dalam ruang dan waktu itu alamat individu yang individualis.

Komunitas di masyarakat mengajarkan kebersamaan agar semua menjadi harmoni. Semua kewajiban dan hak akan terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Ketika ada pribadi yang meminta untuk dilayani, didahulukan dan dihormati,.. sesungguhnya dia belum belajar dari kehidupan bermasyarakat. Ayo coba naik busway agar belajar disiplin mengendalikan diri sehingga bisa melihat orang lain dari perspektif diri yang baik dan benar. Kenapa busway.. karena kita tidak lagi berbaris di depan pintu masuk ruang kerja kita…belajarmendisplinkan diri, menertibaknan diri dan berlajar berhamonisasi dengan sesama,… tetap semangat dan jaga kesabaran.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline