Lihat ke Halaman Asli

Tenggelamkan Kapal Asing, Harusnya Sejak Dulu !!

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kebijakan yang kini diambil oleh menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti harus diacungi jempol. keberaniannya dalam mengambil keputusan menengelamkan kapal asing kini menjadi buah bibir ditengah masyarakat. Bagaimana tidak sosok Susi yang nyentrik ini selalu mendapat sorotan negatif dari berbagai kalangan karena memiliki tato dan kebiasaannya merokok ditambah lagi yang hanya tamatan SMP. tapi kini hujatan itu seolah berbalik 180 derajat. banyak pihak yang mengapresiasi. salah satunya dosen FKIP universitas Riau Sri Erlinda S.Ip M.Si beliau menyatakan "hebat menteri kelautan dan perikanan sekarang, coba lihat dia perempuan tapi mampu tegas dalam menyelamatkan nasib nelayan kecil Indonesia, kebijakan seperti itu yang seharusnya dilakukan oleh Indonesia sejak dulu, bahkan kalau mau di bom saja langsung kapal asing yang mencuri ikan Indonesia agar mereka jera dan tidak berani macam-macam lagi dengan negara kita"

Pencurian ikan sering terjadi di wilayah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga, seperti di Natuna sering kali dijadikan sebagai lahan menggarap keuntungan oleh negara asing. Akibatnya nelayan Indonesia yang hanya menggunakan peralatan sederhana tidak mampu bersaing dengan mereka (nelayan asing-red).

Sebagaimana tercantum dalam pasal 33 ayat 3  UUD 1945 kekayaan alam harusnya digunakan seluas-luasnya untuk kemakmuran rakyat bukan untuk kepentingan asing. selama ini baik secara sadar ataupun tidak banyak pihak asing yang ikut "mencicipi" kekayaan alam Indonesia lalu apa yang mereka bisa berikan ke kita ?

jika saja kebijakan ini berani diambil sejak dulu setidaknya kesejahteraan nelayan Indonesia dapat meningkat dan jumlah ikan Indonesia tidak berkurang secara drastis, namun karena rasa toleransi indonesia yang tinggi menyebabkan negara ini menjadi "pemaaf".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline