Lihat ke Halaman Asli

Fitra Didukung Bondan Gunawan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_113175" align="alignnone" width="300" caption="Dari kiri : Bondan Gunawan, Fitradjaja Purnama, Adik D. Putranto (Ketua Tim Fitra)"][/caption] Menteri Sekretaris Negara era Gus Dur, Bondan Gunawan, Rabu (7/4) ketemu calon walikota Fitradjaya Purnama. Dalam pertemuan tersebut, Bondan tidak sekedar memberikan  dukungan. Tapi juga memberikan himbauan kepada warga Kota Surabaya, agar dalam menentukan pilihan walikota benar-benar dicermati. Menurut Bondan, kehidupan bangsa ini sudah jauh dari nilai-nilai demokratisasi. Demokrasi yang menjadi cita-cita bangsa sudah berubah menjadi plutokrasi. Artinya kekuasaan atau sistem pemerintahan didasarkan pada kekayaan. “Uang sudah menjadi alat untuk mempengaruhi politik rakyat. Walaupun itu sudah terang dan gamblang dilarang, “ katanya di Rumah makan Agi Kemenangan, masih kata Bondan, yang diperoleh dengan cara membagi-bagi uang. Kedepannya tidak akan bisa memperbaiki kehidupan bangsa. Bangsa ini akan semakin lemah dan terbelakang. Perubahan-perubahan menuju bangsa yang lebih demokratis dan modern akan semakin tertinggal. “Oleh karena itu dengan dicalonkan Fitra sebagai walikota Surabaya akan menjadi contoh daerah lain. Ini pembelajaran politik bagi rakyat. Seorang Fitra dalam pencalonannya tidak diukur dengan uang, “ tandas pria berusia 62 tahun ini. Bondan juga mengungkapkan tergerak dengan dicalonkannya pasangan Fitra-Naen. Karena selama ini dirinya dari tahun 70-an, tidak pernah terlibat dalam soal dukung mendukung, bahkan masuk partai politik. “Terus terang, baru kali ini saya hadir dan memberi dukungan seseorang dalam pemilu kepala daerah. Sejak tahun 70-an, saya tidak pernah ikut partai, dan tidak pernah ikut pemilu. Bukan karena saya golongan putih, tetapi karena partai yang ada hanya melegitimasi kekuasaan yang mapan,” ungkapnya. Lanjut Bondan, semua partai mapan di Indonesia, hakekatnya adalah milik seseorang saja. PDIP milik Megawati, PAN milik Amien Rais, meskipun sekarang ada pergeseran ke Hatta Rajasa, bahkan PKB milik Gus Dur. Semua model-model seperti itu harus dibongkar. Pasangan Fitra-Naen harus bisa meyakinkan kepada masyarakat, bahwa kekuasaan tidak harus diperoleh cara-cara yang kurang baik. Meski belum pernah masang baliho, tidak didukung dana yang besar. Pasangan ini sudah bisa lolos sebagai calon wali dan wawalikota Surabaya. Sementara Fitra sendiri merasa optimis akan menang. Karena masyarakat Kota Surabaya sudah banyak berpikir dengan pola rasional. Dia menilai masyarakat sudah bisa menentukan pilihannya. “Sekarang masyarakat sudah bisa menentukan pilihannya sendiri. Uang bukan lagi menjadi jaminan, ketika calon itu memberikan uang kemudian masyarakat memilihnya, “ tandasnya. “Ini menunjukkan bahwa pemilih itu sudah rasional. Mereka sudah bisa menentukan pilihannya. Tidak perlu dipengaruhi dengan cara memberi uang. Semua itu karena pragmatisme cara berpikir masyarakat sudah mulai hilang. Nah, ini harus kita lakukan terus menerus, jika menginginkan perubahan, “ urai calon walikota nomor urut 5 (lima) ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline