Komunikasi intens antardua pihak atau lebih hari ini sudah lebih banyak digunakan melalui aplikasi WhatsApp (WA). Bahkan ketika pandemi covid-19 melanda dunia termasuk negeri ini dan mempengaruhi perubahan khususnya dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, WA menjadi aplikasi yang paling efektif dan banyak digunakan pendidik dalam berkomunikasi online dengan peserta didiknya. Meskipun WA tidak terlalu signifikan dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna tetapi peran aplikasi ini sangat membantu bagi pendidik untuk menyebarkan materi dan informasi yang dibutuhkan tanpa tatap muka.
Seiring dengan kebutuhan komunikasi dalam bentuk berkelompok atau grup untuk menjangkau lebih banyak orang, maka seringkali dibuat WhatsApp Grup (WAG) baik bersifat sementara maupun untuk jangka waktu yang lama. WAG ini dikelola oleh seorang admin yang pertama kali berperan dalam membuatnya dengan menambahkan nomor-nomor WA yang dibutuhkan untuk bergabung. Admin yang membuat WAG pertama kali dapat menambahkan anggota grup lainnya sebagai admin apabila dibutuhkan terutama untuk membantu menambahkan nomor WA lain.
Dibuatnya WAG tentu sangat bermanfaat dalam berbagi informasi dan terutama untuk saling berkomunikasi antarsetiap orang yang memiliki kebutuhan ataupun keterkaitan. WAG ini juga bisa menjangkau teman-teman lama yang sudah lama tidak saling sapa apalagi bertatap muka. Meski sebelumnya Facebook mengambil peran mendekatkan yang jauh tetapi WAG ini menjadi lebih efektif.
Berbicara tentang WAG, tentu ada yang dengan sengaja menambahkan nomor WA kita ke dalam grup yang kadang tidak kita duga. Tetapi admin yang baik biasanya memberikan penjelasan mengenai WAG yang dibuat dan menyampaikan izin telah menambahkan nomor WA kita ke dalam grup meskipun adakalanya yang setuju ditambahkan namun ada juga yang akhirnya menolak dengan left group (keluar dari grup).
Beberapa waktu lalu dengan sengaja seorang teman menambahkan nomor WA saya ke dalam sebuah WAG Alumni SMP/SMA yang memang beranggotakan beberapa alumni yang masih saya kenal dan ada juga yang sudah tidak dikenal. Dengan kemampuan memori yang terbatas, kadang banyak hal yang tak lagi diingat dengan jelas, termasuk teman sekolah dulu, apalagi jika itu sudah berlalu lebih dari 20 tahun dan tak pernah bertemu untuk jangka waktu selama itu, tentu banyak yang berubah. Tetapi saya senang ketika ditambahkan dalam WAG tersebut meskipun kurang aktif merespon percakapan di grup. Bukan karena tidak ingin memberi respon tetapi kadang saya lebih banyak bingung karena hampir setiap pesan yang masuk didominasi berbagai stiker. Saya memang tidak banyak aktif dalam mengotak-atik fitu-fitur terbaru dari aplikasi termasuk stiker WhatsApp. Tetapi menjadi aneh ketika ternyata percakapan di WAG justru diramaikan dengan perang stiker. Ya, mungkin saya saja yang kurang cakap dalam perkembangan teknologi ini karena paling hanya menambahkan emoticon di akhir pesan yang diketik. Hehehe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H