Lihat ke Halaman Asli

Adi Sinaga

pekerja sosial

Menjaga Nafas Pembelajaran di Masa Pandemi

Diperbarui: 17 Juni 2021   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sejak pandemi, sekolah seperti dirundung survei mengenai pelayanan pembelajaran yang dilakoni di masa pandemi. Yang pada akhirnya sekolah harus menentukan sendiri apa yang bisa mereka lakukan agar pelayanan pembelajaran tetap bisa berjalan meski dengan berbagai keterbatasan dan kekurangoptimalannya. Sekolah dituntut untuk tetap kreatif dalam memberikan layanan pembelajaran baik secara luring (luar jaringan/offline), daring (dalam jaringan/online), maupun pembelajaran campuran (blended learning). Harapan penuh pada sekolah untuk tetap bisa melaksanakan pembelajaran di masa kedaruratan dengan keleluasaan dan kreativitas kepala sekolah dan guru sangat diyakini akan mengurangi kegagalan dalam pendidikan.

Pembelajaran adalah jantung pendidikan yang memiliki porsi paling utama dalam layanan sekolah. Sekolah bernafas dalam pembelajarannya. Tetapi sejak pandemi covid-19 ditetapkan mewabah di negeri ini pada 2 Maret 2020, sekolah menjadi paling rentan yang terdampak. Kebijakan menutup sekolah untuk menjaga kesehatan warga terutama peserta didik menjadi pilihan pahit yang harus diambil dengan memilih metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah (BDR), meskipun ada yang tetap menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan kondisi wilayah yang belum ditemukan atau masih rendahnya kasus covid-19, tentu dengan kesigapan dan kesiapan dalam menjalani protokol kesehatan. Akan tetapi pada akhirnya seringkali PTM harus terhenti ketika kasus ditemukan di sekitar atau di dalam lingkungan sekolah.

Kekhawatiran terbesar saat ini ketika lebih setahun pandemi covid-19 melanda negeri ini adalah terjadinya penurunan kualitas belajar peserta didik (learning loss) dan bahkan generasi yang hilang (life loss). Akhirnya dikuatkan keyakinan untuk tetap diselenggarakannya pelayanan PTM terbatas pada tahun ajaran mendatang karena sudah tiga semester sekolah dirundung dengan berbagai perubahan pembelajaran baik luring, daring maupun campuran. Keyakinan untuk diselenggarakannya PTM terbatas adalah dengan program vaksinasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang diharapkan memenuhi target dan dapat berjalan dengan optimal, serta tuntutan kepatuhan sekolah pada protokol kesehatan dengan ketat. Hal ini diyakini sebagai harapan untuk  mengurangi kerugian atas penurunan kualitas belajar anak. 

Memasuki tahun ajaran baru 2021/2022 tentu kita masih bersanding dengan pandemi bahkan pascalibur lebaran diyakini kasus semakin meninggi di mana beberapa daerah menyatakan status siaga dan harus berhadapan dengan lonjakan pasien dan ketersediaan fasilitas kesehatan yang terbatas. Optimisme memang harus terus digaungkan dan seluruh pemangku kepentingan harus tetap mengarahkan energi dan sumber daya yang dimiliki untuk bisa memastikan sekolah bisa melayani PTM terbatas karena pembelajaran harus terus bernafas meski dengan segala keterbatasan di masa pandemi. Menjaga kualitas generasi menjadi hal utama. Meskipun PTM terbatas juga harus diikuti dengan pembelajaran dalam jaringan (online) agar bisa mengakomodir kebutuhan siswa, namun setidaknya harapan diselenggarakannya layanan pembelajaran tatap muka menjadi solusi baik meski bukan yang terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline