Lihat ke Halaman Asli

Walentina Waluyanti

Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Gebrakan Duta Besar Mayerfas di Belanda

Diperbarui: 9 November 2021   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi/Walentina Waluyanti

Penulis: Walentina Waluyanti

Cekatan, ramah, rendah hati, pembawaannya ini tidak mengurangi kewibawaannya. Ini kesan pertama yang segera tertangkap saat bertemu Mayerfas, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Jabatannya tidak menjadi tembok pemisah yang membuat orang menjadi kaku berbincang dengannya.

Dengan mudah Mayerfas dapat membuat suasana menjadi cair. Wawancara dengan Mayerfas berjalan serius tapi santai. Dari wawancara dengan pria yang berasal dari Padang Panjang Sumatera Barat ini, ternyata ada beberapa gebrakan yang telah dilakukannya. Berikut ini beberapa gebrakan Duta Besar Mayerfas sejak bertugas di Belanda.

Pertemuan Online dengan Warga

Mayerfas mengadakan pertemuan online dengan warga Indonesia di Belanda. Pertemuan ini disebut "Ngobras", singkatan dari Ngobrol Bersama Mayerfas. Dalam acara "Ngobras" ini, warga menyampaikan permasalahannya. Jika ada yang bermasalah dengan paspor misalnya, bisa langsung menyampaikannya kepada atase imigrasi yang juga hadir pada acara itu. 

Memang semua atase dan staf KBRI bagian pelayanan wajib hadir dan mencatat keluhan warga. Warga yang punya masalah-masalah tertentu yang membutuhkan layanan konsuler, bisa langsung mengirim email atau kontak whatsapp dengan staf KBRI bidang konsuler.

Pada awal tugasnya, Mayerfas juga mengadakan webinar tentang masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa WNI di Belanda. Ini untuk pertama kalinya KBRI mengadakan diskusi dengan bahasan topik sensitif. 

Pesertanya termasuk orang-orang yang menjadi korban KDRT itu sendiri. Webinar ini menarik banyak peminat, jumlahnya lebih dari 200 orang. 

Melalui webinar ini, warga dan korban KDRT  bisa mendapatkan bantuan, mencari solusi apa yang sebaiknya dilakukan. Sering terjadi ada warga yang ingin membantu temannya, tapi tak bisa menolong, karena keterbatasan pengetahuan tentang aturan hukum di Belanda.

Kebanyakan para korban KDRT ini tidak mau pulang ke Indonesia dengan berbagai alasan. Di tengah situasi ini, suami atau pasangannya mengancam akan memulangkan mereka ke Indonesia. Ini adalah contoh masalah yang dibahas dalam webinar tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline