Lihat ke Halaman Asli

Walentina Waluyanti

Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Kisah di Balik Gagalnya Kapal Batavia ke Batavia

Diperbarui: 4 Oktober 2020   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Replika kapal Batavia. Foto: Getty Images via indonesia.go.id

Jakarta yang dulu bernama Batavia, masih jauh lebih tua usianya dibanding Kota Batavia di Belanda ini. Batavia Stad (Kota Batavia) di Lelystad ini baru dibuka pada tahun 2001. 

Batavia Stad atau Kota Batavia, populer di Belanda, karena merupakan pusat outlet yang pertama di Belanda. Selain itu di tempat ini juga ada Museum Batavialand. 

Yang paling menarik dari Batavia Stad adalah berdirinya replika kapal Batavia di kawasan ini. Dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Bangunan kapalnya kokoh dengan detail yang menarik. 

Dengan melihatnya saja, bisa memberi bayangan bagaimana negara kecil---yang pada abad ke-17 karena penguasaan teknologi pelayaran---sampai bisa menguasai hampir separuh dunia.

Pintu gerbang ke Batavia Stad di Lelystad, Belanda (Foto: Walentina Wa;uyanti)

Kapal VOC ini bernama Kapal Batavia, tapi tak pernah sampai ke Batavia, Hindia-Belanda. Pelayaran itu gagal, karena kapal ini menabrak karang di Australia, di perairan di kepulauan Houtman Abrolhos. 

Sisa bagian belakang kapal ditemukan pada tahun 1963, dan dipajang di Museum Fremantle, Australia Barat. Kapal Batavia sendiri resmi ditetapkan sebagai warisan budaya Kerajaan Belanda.

Berangkat dari Texel, Belanda pada 29 Oktober 1628, kapal ini berlayar menuju Batavia. Sebagai kapal dagang, kapal ini tadinya direncanakan akan mengangkut rempah-rempah dari Nusantara, untuk dipedagangkan kembali di Eropa. Namun ekspedisi ini berakhir menjadi tragedi mengerikan, yang kisahnya terus hidup hingga kini.

Kapal Batavia (Foto: Walentina Waluyanti)

Ketika itu, ada 3 petinggi di kapal VOC yang menjadi penanggung jawab dalam ekspedisi. Ada nakhoda Adriaan Jacobszoon yang bertanggung jawab atas pelayaran kapal. Ada saudagar VOC, Francois Pelsaert, komandan yang bertanggungjawab untuk urusan muatan kapal dan perdagangan. Wakil komandan untuk urusan dagang adalah Jeronimus Corneliszoon.

Sejak awal, pelayaran ini sudah diwarnai ketidakcocokan antara nakhoda dan Francois Pelsaert. Sebelum pelayaran, sudah pernah ada cekcok di antara keduanya.

Sementara itu, ketika berangkat, kapal Batavia memuat banyak emas dan perak. Emas dan perak? Emas dan perak ini bukan milik pribadi, tapi milik VOC.

Dengan emas dan perak itu, orang bisa menjadi kaya raya. Dan bisa hidup di mana saja di tempat yang disukai. Ini membuat nakhoda Adriaan Jacobsz dan Wakil komandan Jeronimus Corneliszoon tergoda. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline