Lihat ke Halaman Asli

Sepak Bola Rakyat; Sulitnya Menjadi Klub Sepak Bola Profesional

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sangat aneh menurut saya jika masih ada saja orang yang menyebut sepakbola adalah milik rakyat. Padahal, di era industrialisasi sepakbola saat ini sepakbola justru sangat identik dengan kepentingan pribadi dan bisnis. Investor atau penanam modal dalam klub sepakbola selain untuk menyalurkan Hobby, juga adalah pebisnis yang berharap saham yang beliau pegang kelak akan menghasilkan cast back yang cukup besar.

Namun, kalau anggapan bahwa sepakbola Indonesia adalah milik rakyat Indonesia sendiri, maka industrialisasi sepakbola Indonesia itu lebih baik kita kuburkan saja. Sebab jika demikian, klub-klub sepakbola di Indonesia masih punya celah untuk kembali menyusu APBDg dengan alasan sepakbola sebagai hiburan rakyat.

Hal inilah yang menyebabkan industri sepakbola di Indonesia sulit untuk diwujudkan. Sebab, latar belakang klub yang merupakan eks Perserikatan yang disokong penuh oleh APBD, menyebabkan klub sepakbola Indonesia tak lepas dari kepentingan-kepentingan segelintir pihak dan Suporter. Sehingga, banyak investor yang berminat malah urung bergabung dengan tim.

Idealnya, suporter tetap bertindak sebagai suporter (kalo mau), dan investor tetap sebagai pemegang kendali penuh dalam sebuah klub. Jangan saling mengganggu, sebab selain klub profesianal bukan lagi milik suporter sepenuhnya, modal yang digelontorkan investor juga tidak sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline