Sumber Foto : bola.kompas.com
Seiring perjalanan persepakbolaan Indonesia yang masih dijatuhi sanksi oleh FIFA, sudah beberapa turnamen berhasil digelar di tanah air untuk "mengisi" kekosongan kompetisi yang "dihentikan" justru oleh organisasi sepakbola kita sendiri.
Keluhan para pelaku sepakbola tentang "tidak ada" nya penghasilan jika kompetisi tidak ada, sedikitnya bisa berhasil di atasi oleh pemerintah yang bekerjasama dengan orang-orang yang "peduli" dengan sepakbola Indonesia.
Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden telah "tunai" digelar, sejenak rindu akan hingar bingarnya kompetisi ISL sudah sedikit pula terpenuhi. Meskipun demikian, harus diakui, bahwa penyelenggaraan Piala Presiden agak lebih profesional jika dibandingkan dengan penyelenggaraan Piala Kemerdekaan.
Namun, penulis tidak hendak ingin menyampaikan perbedaan antara kedua turnamen tersebut, poin utamanya adalah kompetisi berupa turnamen tetap dijalankan meskipun dalam keadaan di sanksi dan PSSI sendiri tampaknya akan segera mulai ditinggalkan.
Sesaat setelah Piala Presiden usai digelar, Presiden Jokowi kembali memberikan pernyataan akan pentingnya kompetisi tetap berjalan. Penulis bukan pendukung Jokowi, dan penulis juga tidak peduli siapa yang jadi MENPORAnya, namun penulis adalah warga negara Indonesia, tentu sebagai warga negara yang baik, akan tetap mendukung kebijakan pemerintah sebagai representatif negara jika kebijakan itu berdampak positif bagi seluruh pelaku sepakbola nasional.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan turnamen itu mulai dilaksanakan pada bulan November, sehingga seluruh klub sepak bola yang sempat "rehat" pasca-pembekuan PSSI diharapkan bisa terus berlatih.
"Nanti pertengahan November akan ada turnamen baru lagi. Namun, nanti yang ngomong bukan saya. Seluruh klub kami harap setelah Piala Presiden, tetap latihan," ujar Jokowi seusai kemenangan Persib 2-0 atas Sriwijaya FC pada final di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/10/2015).
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengungkapkan pemerintah belum menetapkan operator turnamen yang diselenggarakan bulan November itu. Namun, dia membuka kesempatan bagi pihak mana pun untuk menjadi penyelenggara.
Niat dan rencana baik tidak mesti harus dicurigai dengan pikiran yang negatif, apalagi sampai ada yang "pernah" menuduh ringan bahwa penulis adalah penulis bayaran (hihi jadi geli sendiri)...
Buka mata baik baik, pemerintah sudah sedemikian rupa membuka peluang kompetisi yang sehat di persepakbolaan kita, jadi kita setidaknya, jika tidak mampu berpartisipasi, cukuplah hanya sekedar memberi dukungan saja.