Politikus Partai Golkar, Bowo Sidik Pangarso terjaring OTT KPK pada Rabu 27 Maret 2019 lalu. Dari legislator yang kembali maju dari Dapil Jawa Tengah II ini, KPK menyita uang pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu yang dimasukkan ke dalam 400 ribu amplop dengan 84 kardus. Menurut KPK, Bowo butuh waktu satu bulan untuk memasukkan uang ke dalam 400 ribu amplop tersebut.
Seperti diketahui, Bowo merupakan Pengurus DPP Partai Golkar yang menjabat sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa Tengah I. Hal yang menjadi tanda tanya besar, KPK tidak menunjukkan amplop yang terdapat di dalam kardus itu.
Amplop-amplop berisi uang tersebut menurut KPK akan digunakan untuk serangan fajar bagi pemenangan Pileg. KPK pun masih malu-malu mengungkap, apakah di dalam amplop tersebut ada kode salah satu paslon di Pilpres 2019?.
Mengingat Bowo merupakan pengurus Golkar yang merupakan salah satu partai pendukung Petahana, maka patut dicurigai bahwa amplop serangan fajar tersebut diduga berkaitan dengan pemenangan salah satu capres yang didukung partai tersebut.
OTT ini bukan kali pertama menimpa orang di kubu petahana. Sebelumnya KPK menangkap Mantan Ketua Umum Goklkar Setya Novanto terkait kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara Rp2,3 Triliun. Akibat perbuatannya, Setya Novanto dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda Rp 500 juta, dan dicabut hak politiknya selama lima tahun.
Kemudian, KPK menangkap tangan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy. Dia pun telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap jabatan di Kementerian Agama. Dalam operasi tersebut, tim KPK menyita uang sebesar Rp156.758.000. (Sumber). Dan masih banyak lagi orang-orang di kubu petahana yang terjerat kasus hukum.
Beberapa kasus ini menunjukkan bahwa kampanye bersih dan anti korupsi yang sering dilontarkan petahana tidak dapat dipercaya. Alasannya, orang-orang dalam lingkaran mereka saja belum bisa dibersihkan, apalagi mengharapkan pemerintahan bersih ke depannya.
Mengingat pemilu serentak hanya tinggal menghitung hari, masyarakat pastinya sudah bisa menilai dan menentukan pilihan masing-masing. Siapa yang mempermainkan demokrasi dan siapa yang tulus menyelamatkan demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H