Lihat ke Halaman Asli

Wakidi Kirjo Karsinadi

Aktivis Credit Union dan pegiat literasi

Mengubah Kesulitan (Krisis) Menjadi Keuntungan

Diperbarui: 2 April 2020   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.freepik.com

Selalu ada pelajaran atau kesempatan atau keuntungan yang dibawa oleh kemalangan atau krisis, seperti krisis virus Corona kali ini, kepada kita yang tanpanya kesempatan atau keuntungan tersebut tidak pernah datang kepada kita. 

Itulah tesis yang disampaikan oleh John C. Maxwell di hari kedua virtual leadership summit (23 Maret 2020) yang diselenggarakannya. Tetapi dengan satu catatan, jika kita memiliki perspektif yang tepat. 

Menentukan: Memiliki Perspektif yang Tepat

Cara kita melihat menentukan cara kita bertindak. Kita semua ada dalam krisis virus Corona yang sama, tetapi perspektif kita bisa berbeda. Ada yang menerimanya sebagai sebuah kemalangan dan menganggap diri sebagai korban dan bertanya-tanya kapan semua kemalangan ini akan berlalu. 

Sementara ada yang ketika berhadapan dengan krisis ini kemudian bertanya: apa yang bisa saya lakukan untuk membuat diri saya lebih baik, keluarga saya lebih baik, masyarakat saya lebih baik. 

Situasi yang sama tetapi menghasilkan respons yang sama sekali berbeda. Respons ini ditentukan oleh perspektif. Jadi pelajaran hari kedua summit ini adalah mengenai perspektif: Bagaimana saya bisa mengambil manfaat positif dari krisis pandemi Convid-19 ini untuk diri sendiri, untuk keluarga, untuk sesama atau orang lain? 

Albert Einstein pernah mengatakan: 

"Di tengah-tengah kesulitan, ada kesempatan." 

"Di tengah" bukan di awal maupun di akhir. Tidak di awal karena kita belum tahu situasinya; juga tidak di akhir karena sudah terlewat; tetapi di tengah-tengah. Jika kita memiliki perspektif yang tepat, maka kita akan melihat kesempatan di tengah-tengah kesulitan dan krisis. 

Kita semua ada dalam situasi yang sama. Akan ada dua tipe orang berkaitan dengan krisis. Tipe pertama adalah orang-orang yang akan mengatakan, "Berapa lama ini akan berlangsung?" 

Tipe kedua adalah orang yang levelnya lebih tinggi dan bertanya, "Baiklah. Bagaimana saya bisa menjadi lebih baik? Bagaimana saya bisa memperbaiki diri? Apa yang bisa saya pelajari? Bagaimana saya bisa membuat krisis ini menjadi batu loncatan dan bukannya batu sandungan? Hal baik apa yang bisa saya lakukan? Hal baik apa yang bisa saya pelajari?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline