Lihat ke Halaman Asli

Memories

Hanya orang biasa yang tidak berarti apa apa

Pada Cangkir, Kopi, dan Rindu

Diperbarui: 1 Mei 2020   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada cangkir yang menengadah merangkai pinta di sebelah lelapnya kartika, 

Tertuang kata demi kata yang tak pernah bisa diucapkan kopi pada pahitnya.

Mengecap seteguk asa dari bibir yang tak pernah mau terasingkan barang sekerdipnya surya.

Setia pada penyair-penyair yang tak mau melewatkan sepengal langkah pendulum mengayunkan masa,

Menampung pekatnya kepulan-kepulan kabut hangat ingatan tentang seruas tulang rusuk yang hilang.

Kadang mematung tak berguna saat sang tuan lupa pada buliran rindu yang menyisa disudut mata.

Pada cangkir, yang menghadirkan renungan kopi dan pahitnya rindu. 

Menjamu bayangmu yang hanya bertamu di ruang sunyi imajinasi.

Enggan melepaskan gambaran tentangmu saat kelopak senja menyelimuti binaran,

Lalu bagaimana bisa kopi memaksa kuas hasrat menari hingga tercipta sebentuk ingin yang tak mungkin,

Pada cangkir, akan selalu ku ramu rinduku pada pahitnya kopi-kopi teman berkhayalku,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline