Lihat ke Halaman Asli

Memories

Hanya orang biasa yang tidak berarti apa apa

Puisi | Berguru pada Batu

Diperbarui: 5 Maret 2020   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unsplash

Diam menikmati kesendirian diantara onggokan kayu dan rerumputan ditepian jurang.

Diam nya mengajakku belajar apa itu arti pendirian.

Teguh kukuh tak tergeser seokan-seokan langkah para penikmat pemandangan.

Saat angin berhembus, dia pun ikut bersiul menyoraki sang bayu agar lebih kencang berlarian.

Meski ketidakberdayaan yang dia tontonkan, namun, kadang ada saja tangan-tangan kreatif penuh ide yang menuangkan isi kepalanya pada tubuh penuh kepasrahan.

Diam tiada gumam dan tak jua dia beranjak meski hanya menggeserkan tubuhnya beberapa senti ke depan atau ke belakang.

Sebuah teater alam yang bisa mengusik alam sadar untuk mencoba menerka-nerka skenario apa yang selanjuatnya akan ditulis semesta terhadap seonggok batu yang tak berdaya.

Penghormatan tertinggi ku sematkan padanya yang senantiasa memaku diri mengikuti kehendak Illahi, sembari berangan bisakah dia menggapai salah satu bintang terang untuk menemani malam-malamnya yang sunyi.

Meski mungkin sang bintang enggan beranjak dari peraduannya yang nyaman.  Namun harapnya tak kan pernah pudar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline