Lihat ke Halaman Asli

Djae

Bukan Ghibah apalagi Fitnah

Djumhari - Tokoh Betawi

Diperbarui: 31 Januari 2023   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PROFILE TOKOH BETAWI

Djumhari atau semasa hidupnya lebih dikenal dengan panggilan nama Bang Jujum atau juga biasa disapa Jumprit oleh sebagian kalangan dilingkungan pemerintahan adalah tokoh Betawi yang mempelopori kegiatan silaturahmi halal bihalal (maaf - memaafkan) pada saat hari raya lebaran/ Idul Fitri. Kegiatan silaturahmi ini  menggantikan suatu tradisi masyarakat Betawi yang sebelumnya sudah ada, yaitu berkeliling kampung untuk ber-silaturahami saling maaf-memaafkan.

Lahir di Jakarta 24 Juli 1947 dari pasangan Akim bin Ikun dan Asmanah binti Iping di daerah Gg. Bluntas Salemba Jakarta Pusat , Tahun 1969, Djumhari muda kemudian tinggal menetap di daerah Pisangan Timur atau daerah Cipinang Kebembem setelah menikahi santriwati dari pondok pesantren Al-Istiqomah pimpinan K.H Abdul Hadi bin Haji Ismail (Guru-Hadi), yang juga merupakan putri dari tokoh Betawi asli Pisangan, Bang Dula dan Fatimah.

Sambil menjalani pekerjaan serabutan, Djumhari juga belajar mendalami ilmu agama kepada istrinya. Banyak hadir dan belajar pada majelis-majelis taklim secara mengaji-nguping. Setelah merasa mantap memiliki keilmuaannya, Djumhari kemudian membuka rumahnya sebagai tempat pengajian bagi anak-anak.

PELOPOR HALAL BIHALAL LEBARAN

Diawali sebuah kepercayaan dan amanah dari semua elemen warga, Djumhari kemudian terpilih sebagai kepala lingkungan. Banyak kegiatan-kegiatan sosial yang dialakukannya yang berprinsip kepada; dari warga, oleh warga dan untuk warga. Mulai dari kegiatan mengakomodir penerimaan pembayaran zakat warga setiap bulan Ramadhan, pembelian dan pengelolaan hewan qurban secara kolektif antar warga, membantu segala jenis proses administrasi antar warga, dan pemerintah, dan masih banyak lagi. 

Menjelang berakhirnya masa kepemimpinan sebagai kepala lingkungan karena faktor usia, Djumhari menggagas suatu kegiatan yang kemudian sampai sekarang masih dilestarikan. kegiatan mengumpulkan semua elemen warga setelah melaksanakan shalat Idul Fitri. Selain dapat menciptakan suasana ukhuwah dan kekeluargaan  yang sangat kental, juga dapat menyatukan semua elemen warga dari semua generasi.

PEMBERIAN NAMA JALAN

Djumhari wafat 02 Mei 2014 pada usia 67 tahun. Dikebumikan Tempat Pemakaman Tanah Wakaf Cipinang Hanafi, Pulogadung. Untuk mengenangnya, nama Djumhari diabadikan sebagai nama jalan dan nama tempat sarana olahraga 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline