Lihat ke Halaman Asli

Layang-layang: Refleksi Indahnya Masa Kecil

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1335770909233215873

Layang-layang, sebuah permainan yang sudah pasti kita kenal, apalagi buat kita yang hidup sebelum era permainan Hightech seperti sekarang. Tulisan ini sendiri diilhami dari ramainya anak-anak yang bermain disekitar rumah saya. jujur saja saya agak terkejut dengan ramainya anak-anak yang berseliweran disekitar rumah dengan membawa layang-layang “gacoannya”, hal ini memang baru beberapa minggu ini terjadi, maklum dirumah saya sendiri sudah ada rental PS 2 yang sempat menghipnotis anak-anak tersebut.

Selidik punya selidik ternyata wabah layang-layang ini kembali merebak semenjak tetangga saya yang resign dari tempat kerjanya (karena merasa di eksploitasi oleh tempatnya bekerja), membuka lapak berjualan layang-layang dengan sisa-sisa uang pesangon di rumahnya .Tak disangka lapak layang-layang yang dibuka oleh tetangga saya tadi menjadi serbuan harga yang murah RP 1000-1500 @Layang-layang, menjadi alasan hingga para anak-anak datang dari seluruh penjuru kampung ditempat saya tinggal, bahkan banyak konsumen anak-anak yang datang dari RT sebelah. Bisa ditebak selain tetangga saya yang mendapat untung, keadaan darat dan angkasa disekitar kampung sayapun menjadi ramai dengan para anak-anak yang bermain layang-layang tersebut.

Para anak-anak ini biasanya bermain dikala sore hari yang cerah datang, memang sih keadaan dikampung saya tak seluas 20 tahun yang lalu, karena kini kampung saya sendiri sudah banyak lahan yang disulap menjadi petak-petak kontrakkan, otomatis banyak pula kabel-kabel yang berseliweran diatasnya. Namun ternyata hal ini tak menghalangi para anak-anak ini bermain layang-layang.

Tawa dan ocehan khas sudah barang tentu menjadi paket jika kita melihat anak-anak yang bermain layangan, apalagi bila antara mereka sudah memutuskan untuk mengadu layangan mereka, sontak saja suasana menjadi ramai dengan ocehan mereka, ocehan biasanya datang dari anak yang memang menjadi joki layangan, atau anak-anak yang bergerombol dibelakang sang joki sambil dengan sok nya mengarahkan sang joki layangan. Dan ketika layangan putus? Jangan harap ada yang menenangkan sang joki karena anak-anak yang bergerombol dibelakang sang joki kini sudah hilang,mengejar layangan si joki layangan yang putus tadi.. (puk-puk, sabar ya Joki..hahahaha )

.

Sedikit cerita tentang wabah layang-layang dirumah saya ini, sepertinya bisa menjadi bukti bahwa permainan tradisonal seperti layang-layang, mampu mewakili indahnya masa kanak-kanak yang ceria, karena disadari atau tidak memang ada pola yang membuat permainan layang-layang ini menjadi suatu refleksi indahnya dunia kecil mereka, yang mungkin saat ini sudah dirampas zaman dan tekhnologi.

Saya sedikit berdoa semoga sore cerah terus ada agar saya bisa melihat senyum serta ocehan mereka

NB: Pada mau tahu gak nasib si joki yang layangannya putus tadi? Tenang kan ada saya *yuk kita beli..tapi kakak aja yang naekkin layangannya yah..  LOH .. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline