McKinsey Indonesia Office (September 2016) meluncurkan hasil penelitian yang berjudul "Unlocking Indonesia's Digital Opportunity". Riset ini dilakukan terhadap 19 negara mengenai pemanfaatan industri digital. Ada beberapa catatan yang dituliskan oleh hasil riset tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, dalam Revolusi Industri Keempat, persaingan saat ini sangat bergantung sejauh mana memanfaatkan big data dalam membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Saat ini bisnis yang terbilang "seksi" adalah digital transformation. Orang yang paham digital akan memanfaatkannya untuk mempelajari karakteristik konsumen. Bahkan, ada yang menggunakan digital untuk mengubah gaya hidup sesorang.
Kedua, Indonesia saat ini telah memasuki era revolusi digital. Setidaknya ada 4 komponen yang menunjukkan hal tersebut: pengguna internet berbasis teknologi mobile bertambah dari 55 juta (2014) menjadi 67 juta (2015), penggunaan teknologi awan (cloud technology) juga mengalami pertumbuhan 1,4 kali, ada pertambahan 7 juta peralatan yang tersambung secara online dari 32 juta (2014) menjadi 39 juta (2015), dan lalu lintas internet perbulan tumbuh 60 persen dari 277 petabyte perbulan (2014) menjadi 448 petabyte perbulan (2015).
Ketiga, dibanding negara lain, bahkan seperti Amerika Serikat, Indonesia lebih banyak warga yang lebih lama dalam mengakses internet. Akses internet di Indonesia juga terhitung murah, hanya sekitar 3,4 USD per 500 megabyte, lebih murah dibanding beberapa negara seperti Hongkong (6,4 USD/ megabyte) dan Korea (10,4 USD/ megabyte).
Namun, kualitas sambungan internet di Indonesia tergolong buruk, tidak berbanding lurus dengan biaya internet dengan negara-negara lain. Seperti terhadap Korea, harga internet Korea kira-kira 3 kali harga internet di Indonesia. Namun, kecepatan internet di Korea hampir 7 kali (26,7 Mbps) kecepatan Indonesia yang hanya maksimal 3,9 Mbps.
Keempat, penggunaan teknologi digital di Indonesia sangat bermanfaat. Diperkirakan akan memberi peluang penambahan PDB sebanyak 35 USD miliar dan menambah 3,7 juta pekerjaan pada tahun 2025.
Kelima, meskipun digitalisasi dipandang memiliki manfaat yang besar dan memegang peran kunci untuk meningkatkan produktivitas, menambah PDB, dan menyediakan lapangan pekerjaan besar, namun pemerintah Indonesia tidak melakukan intervensi yang serius. Pemerintah tidak cukup besar menyediakan dana untuk belanja investasi IT. Belanja investasi IT di Indonesia masih sangat rendah untuk 10 sektor utama dibandingkan 19 negara lainnya yang masuk ke dalam daftar riset.
Di 10 sektor tersebut (Industri, retail, pemerintahan, transportasi, layanan bisnis, layanan keuangan, media dan komunikasi, kesehatan, pendidikan, dan hal-hal lain yang bermanfaat), belanja IT Indonesia jauh di bawah negara-negara miskin dan berkembang. Apalagi bila dibanding dengan beberapa negara lain yang dianggap maju, Amerika Serikat, Hongkong, Inggris, dan Malaysia.
Keenam, Indonesia menduduki ranking pemanfaatan teknologi digital urutan kedua di antara 19 negara yang disorot McKinsey. Negara yang masuk ke dalam daftar riset adalah: Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina (ASEAN), Brazil, Tiongkok, India, dan Rusia (BRIC), dan beberapa negara maju: Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat.
Penggunaan dan pemanfaatan industri digital di Indonesia masih sangat rendah dan belum merata. Hanya sekitar 30%-40% penduduk Indonesia yang sudah bisa mengakses internet. Kita bisa membandingkan Malaysia yang sudah mencapai 60-80% penduduk yang bisa mengakses internet, atau Singapore yang sudah hampir 100%. Selain itu, pemanfaatan big data yang dimiliki perusahaan juga masih tergolong rendah. Hanya sekitar 1% data perusahaan yang dipakai untuk pengambilan keputusan bisnis. Padahal, industri digital pada masa mendatang dapat menjadi kunci utama meningkatkan pertumbuhan tenaga kerja dan faktor produktivitas. Diperkirakan dampaknya bisa menyentuh sebesar $150 miliar pada 2025 dengan estimasi pertumbuhan GDP sebesar 10%.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H