Lihat ke Halaman Asli

Celah di Balik Penutupan Situs Porno di Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah hampir seminggu ini saya tidak menulis blog, karena keterbatasan waktu didunia nyata. Pertama-tama tadi sebelum menulis artikel seperti biasa sayapun membuka Google dan menge-cek beberapa kontes blog yang saya ikuti yaitu "Radio Streaming Murah" dan "Komodo Island is the NEW 7 Wonders of The World". Hal itu adalah biasa bagi blogger pecinta SEO. Namun, tidak biasa yang terjadi pada browsing saya sore tadi. Apakah yang tidak biasa itu? Mau tau? Well, kita lanjut saja. Artikel saya kali ini terinspirasi oleh beberapa penemuan tak sengaja yang saya dapatkan saat browsing informasi di internet. Judul Celah Dibalik Penutupan Situs Porno ini saya sebut ini adalah sebuah celah (diantara banyak celah lain) dalam usaha penutupan situs porno di Indonesia. Berikut ini saya cuplikkan sebuah situs porno yang kemasannya bukan situs porno, inilah yang saya katakan menjadi celah itu. Screenshot Feed yang memunculkan konten Porno Dari screenshot yang bisa anda lihat diatas, ternyata sekarang ini pihak-pihak yang menyebarkan konten porno melakukan usahanya itu dengan memanfaatkan Situs Pengumpan (Feed). Contoh yang saya berikan pada gambar diatas saya ambil dari feedfury.com yang mana situs tersebut memang memberikan layanan Feed pada situs atau blog yang mendaftar disana, dan otomatis situs yang mendaftar disana nantinya akan dapat mempublikasikan isi/konten situsnya melalui situs feedfury.com tersebut. Mungkin memang niatan pertama membuat situs pengumpan itu baik, yaitu sebagai penyambung dari blog/situs agar menjangkau makin banyak pembaca, namun jika hal itu disalahgunakan seperti pada contoh diatas maka niatan baik tersebut tentu akan menjadi bencana. Apakah hal ini tidak diblokir oleh Pemerintah? Menurut pengamatan saya, ternyata filter konten porno pemerintah tidak sehebat yang saya bayangkan. Filter konten porno di Indonesia dideteksi berdasarkan nama domain situs, keyword, dan kepadatan kata yang ada pada suatu situs, dimana jika suatu situs banyak memuat kata atau keyword yang mengandung kata-kata vulgar maka akan diblikir. Tapi, apakah cukup hanya dengan seperti itu? Saya punya banyak bukti yang menunjukkan bahwa merebaknya konten porno dan cerita dewasa di internet sekarang ini rata-rata bisa ditemukan dengan mudah melalui situs-situs Feed seperti sudah saya contohkan diatas. Dan lebih parahnya lagi, hal itu juga sudah diketahui para anak muda pecinta pornografi di Internet, paling tidak hal itu sudah saya amati sendiri di daerah Semarang dan Yogyakarta. Mengapa hal itu bisa terjadi? Seperti kita ketahui pemerintah Indonesia sejak 3 tahun yang lalu telah mengkampanyekan penutupan akses terhadap situs porno. Ada banyak pro-kontra maupun pihak-pihak yang pesimis terhadap kemungkinan keberhasilan program pemerintah yang diatur dalam Undang-Undang ITE ini (UU ITE bisa kamu download disini). Kalau saya ibaratkan ini seperti persaingan antara Maling dan Polisi, dimana saat pemerintah yang memproklamirkan diri untuk memfilter situs porno yang masuk ke Indonesia, ini justru akan jadi tantangan baru bagi para pembuat situs porno. Logika sederhananya kalau tembok filter (pemerintah) yang dipasang satu meter, maka peluang dan usaha  mereka (para pembuat situs porno) akan menjadi satu meter lebih. Kemudian kalau pemerintah menambah 1,5 meter, peluang kemampuan mereka untuk menambah semakin besar lagi. Begitu seterusnya. Dan salah satu strategi yang digunakan kali ini adalah dengan memanfaatkan situs-situs pengumpan yang memang emberikan layanan gratis untuk mempromosikan konten-koten situs atau blog. Pesan dan kesan saya sebagai pengguna internet awam Kadang saya berpikir, seberapa efektifkah usaha pemblokiran yang dilakukan oleh pemerintah terhadap situs-situs porno yang semakin hari semakin bertambah? Apakah hal itu juga tidak berpeluang merusak situs lain yang sebenarnya tidak porno akan tetapi diindikasikan porno? Pemblokiran situs porno yang merujuk kepada keyword tertentu (keyword yang mengandung kata-kata jorok/porno) saya khawatirkan juga akan otomatis memblokir situs tentang berita dan pendidikan seks (padahal itu berguna bagi pendidikan). Belum lagi dengan adanya situs yang menggunakan keyword yang jauh dari kesan pornografi padahal sebenarnya memuat konten yang  mengarah kepada pornografi, tentu saja hal ini membuat cara pemblokiran dengan berdasar kepada keyword tidaklah efektif. Lalu bagaimana dengan pemblokiran berdasarkan alamat situs? Okelah kalo misalnya situs tersebut sudah terkenal dengan konten yang khusus memuat konten pornografi, tapi bagaimana dengan situs yang mencampuradukkan konten mereka? Sekarang ini banyak sekali situs yang sengaja mencampuradukkan konten porno dengan konten non-porno. Entah sebagai strategi agar lolos dari pemblokiran atau bagaimana. Harapan saya, melalui tulisan ini semoga jika ada pihak-pihak pemerintah yang menemukan konten-konten seperti yang sudah saya bahas diatas, sudilah kiranya untuk meninjau ulang filter konten porno yang telah ada sekarang ini. Lakukan penyempurnaan, dan perketat situs-situs yang dicurigai sebagai tempat penyebaran konten porno, meskipun situs tersebut tidak "ber-label" pornografi. Semoga tidak makin banyak Celah Dibalik Penutupan Situs Porno di Indonesia, agar Indonesia bisa sukses dalam program Internet Sehat. *** Baca juga artikel saya yang lain : Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah dan Mercedes-Benz Mobil Mewah Terbaik Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline