Lihat ke Halaman Asli

SEPISAU MATA MIMPIMU

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepisau Mata Mimpimu

Oleh: Wahyu Wiji Astuti

Kularut beribu sepi pada arus airmatamu

Sepisau mata mimpimu telah punah, aku tak kan cegah kau melangkah

Mundur atau maju adalah sebuah jalan, pun diam, yang kau sebut pilihan

Dulu!

Maaf, kupenjara engkau dalam tunggu yang tak berpintu

Maaf, kurantai langkahmu agar tak pergi

Maaf, kukerangkeng harapanmu agar tak mati

Aku hanya ingin kau ada meski sebatas rindu yang tak berpenghuni

Biarlah kita jaga malam-malam dari mimpi tentang masa depan yang belum tiba agar tak meracuni hati yang perlu ditata

Kelak kuharap kau sadar, pada bola matamu yang selalu binar, aku kan selalu ada.

Di bahumu yang kekar, candaan kita tetap berkelakar

Tapi itu bukanlah seperti mimpi-mimpi yang kau ranumkan, melainkan masa yang seharusnya kita jadikan pahlawan perang

Maaf sayang, berkali-kali rasa itu tiba dan selalu kubunuh dengan logika

Semoga kau paham, ada yang tak bisa aku katakan

Maka biarlah kau rasakan apa yang aku lakukan, tentang pengorbanan dan kerelaan

Sebab bagiku kebahagiaanmu adalah kebahagiaan

Lantas apalagi, kalau semua telah kuberikan?

Masih perlukah satu kata itu kuucapkan? Kata yang kau tunggu setengah abad berlalu. Kata yang bagiku hanya dongeng masa lalu.

Jika kau perlu kata itu maka akan kutasbihkan padamu, sekarang juga! Sekarang.

Namun jangan pernah mengikatku serupa burung di sangkar neraka

Dan hanya kata. Sekali lagi hanya kata yang tak perlu kuhadiahi rasa. Maukah?

Pilihlah!

Serambi KOMPAK,

Lubukpakam, September 2010




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline