Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Tri

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Manusia Multikategori

Diperbarui: 3 Desember 2022   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Anda, apakah Gus Dur itu seorang kiai? Seorang budayawan?ataukah seorang politikus?. Selanjutnya, ada Gus Mus. Termasuk kategori yang manakah beliau? Seorang kiai yang mengajar kitab kuning dan pemberi fatwa? Seorang budayawan karena jago menulis dan membaca puisi? Seorang pelukis? Cerpenis? Mantan politikus? Kiai kampung karena mengasuh pondok pesantren atau kiai modern karena pakai gadget atau iPad pada saat tampil di Mata Najwa?

Bingungkan kawan? Sebetulnya keanehan yang dimiliki oleh kedua tokoh ini karena kita sendiri yang aneh dan kaku dalam memandang dan menilai seseorang yang hanya dengan satu kategori saja. 

Sebenarnya, dalam diri kita ini multifungsi dan multikategori loh kawan. Kita dapat berperan sesuai dengan kemampuan serta situasi dan kondisi yang kita hadapi. Berbagai peran itu, sebenarnya saling terhubung antara satu sama lainnya. Nabi Muhammad Saw. menyadari dan mengetahui akan hal ini sehingga ketika para sahabat bertanya tentang amalan apa yang utama, Nabi memberi jawaban berbagai versi tergantung dengan konteksnya.

Dalam suatu kesempatan, Nabi Muhammad Saw. pun menjawab bahwa sebuah amalan yang paling utama adalah Beriman kepada Allah SWT. Pada kesempatan yang lain Nabi juga menjawab "Al -Shalattu 'ala waqtiha", atau pada waktu lain Nabi menjawab dengan "Zikrullah". Nabi pula menjawab pertanyaan yang sama dengan "Engkau bersedekah makanan dan mengucapkan salam pada yang kau kenal dan yang tidak kau kenal". Suatu ketika Nabi menjawab, "Berjihad di jalan Allah" dan juga terdapat riwayat lain ketika Nabi mengatakan, ,  "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an". 

Siapa yang berbuat kebaikan sebesar biji atom pun akan mendapat ganjarannya. Perbuatan baik akan melahirkan kebajikan pula dan kebaikan itu bisa datang dari mana dan kapan saja. Berbuat baik tidak perlu menunggu alasan. Setiap kita punya kewajiban untuk berbuat baik, tanpa harus punya penjelasan canggih, tanpa perlu adu dalil, tetapi berbuat baiklah dengan semampu kita. 

Begitulah kawan, Nabi pun mengetahui bahwa kondisi kita ini beragam sesuai dengan perbedaan peran dan kapasitas kita. Ukhuwah juga bisa terbentuk lewat keragaman. Jika kita menikmati keindahan dari keragaman, maka kita dapat memaknai bahwa persatuan dan kesatuan didalam keragaman itu timbul bukan karena adanya paksaan dari seseorang kepada orang lain untuk seragam. Persatuan dalam keragaman itu indah. Tidak perlu memaksa orang lain agar mereka mengikuti ajaran kita, atau mencemooh orang lain karena mereka mempunyai ajaran yang berbeda dengan kita. Banyak sekali pilihan amal yang bisa kita lakukan, semakin banyak peran yang kita jalankan, maka semakin banyak ladang amal yang bisa kita kerjakan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline