Lihat ke Halaman Asli

Rainbow after the Rain

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tuhan gak adil!!" "Kenapa sih musti aku?"

Pernah dengar pernyataan seperti itu? Pernyataan yang (mungkin) sering keluar saat manusia merasakan titik terendah dalam hidupnya. Dalam berbagai aspek. Wajar pernyataan seperti itu diucapkan? Wajar -- bila manusia tersebut belum mengetahui esensi dia hidup. Tidak wajar -- bila dia sudah mengetahuinya.

Mengapa saya menyatakan seperti itu?

Pernyataan "Tuhan gak adil!!", misalnya. Bukankah itu pernyataan yang egois? Atas dasar apa kita berucap seperti itu? Ingatlah, bila Tuhan kita serba Maha. Termasuk sifat yang kita ragukan kekuatannya. Perasaan kecewa itu wajar tapi tidak dengan pernyataan dan tuduhan seperti itu pada Tuhan. Kita manusia biasa tapi kita juga harus memahami mekanisme Tuhan bekerja dalam kehidupan. Saat kita mengumandangkan bahwa Tuhan 'tidak adil', secara tidak langsung kita mengabaikan sifat Tuhan yang lain.Bukankah Tuhan Sang Mahapintar yang telah merancang semua kejadian dengan Mahapresisi. Sang Mahaarsitek plus Mahasutradara yang tiada duanya? Kita cenderung memaksakan kehendak dan doa yang kita panjatkan pada Tuhan. Kita lupa bila doa kita panjatkan bukan untuk dipaksakan tapi untuk diserahkan. Diserahkan pada Tuhan eksekusinya.

Kenapa?

Karena Tuhan dengan Mahapintarnya tahu yang terbaik bagi kita. Termasuk mengetahui alasan Dia meletakkan manusia di titik rendah bahkan paling rendah. Mahaadil -- karena semua manusia memiliki porsinya masing-masing. Gak adil? Hei, Tuhan itu Mahaadil, kawan. Juga Mahapintar. Tahu yang terbaik buatmu. Serahkan saja pada yang lebih pintar bahkan Mahapintar. Tugas kita hanya sabar menunggu keindahan kejadian selanjutnya. Kenapa kamu? Saat kita ditunjuk dalam satu kejadian penting maka Tuhan telah memutuskan untuk mempersiapkanmu menjadi lebih baik. Kamu adalah manusia terpilih. Dimana (mungkin) kamu merasakan hal tersebut lebih dulu daripada orang lain. Bila masih merasa dalam kondisi titik rendah tersebut ingatlah bahwa kita akan lebih menghargai secercah cahaya bila sebelumnya kita mengenal kegelapan. Dan bukankah pelangi tidak akan ada bila sebelumnya hujan tidak turun?

"Saat kamu merasa di titik paling rendah dan merasa pasrah maka bersyukurlah. Karena Tuhan sedang mempersiapkanmu untuk sebuah kejutan yang luar biasa indah." #quantumotivasi

Regards, Ledakan Revolusi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline