Lihat ke Halaman Asli

Kisah Sang Medioker

Diperbarui: 18 September 2024   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOKUMEN PRIBADI 

Nama saya adalah Wahyu Septian Hadi Pujiantoro. Saya lahir di Jombang, 14 September 2006. Beruntung saya lahir di keluarga harmonis. Orang tua saya adalah wirausahawan yang penghasilannya tak menentu. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Saya adalah anak yang pemalu. Saat kecil saya selalu sendiri biarpun begitu, saya tak pernah merasa kesepian karena saya memiliki ibu yang selalu ada disampingku. Bayangkan anak yang selalu sendiri terpaksa untuk bersosialisasi saat sd untuk bisa mendapatkan teman bicara, sungguh sulit keadaan saya waktu itu. Saat kecil saya adalah anak yang pandai menghitung namun, lemah dalam hapalan. Sejak kecil saya sering mengikuti lomba lomba matematika, akan tetapi naas tak pernah mendapatkan kemenangan. Ini adalah kisah anak medioker yang benar benar biasa.

Dahulu, saya adalah murid dari SDN Kedungrejo, sekolah sd di desa saya. Saya memiliki beberapa teman yang baik, jika saya menghitung kebaikan mereka, mungkin membutuhkan waktu ribuan tahun. Saya waktu sd sering diikutkan lomba lomba olahraga, seperti badminton, volly, sepak bola, atletik, meskipun begitu saya tak pernah bisa menang. Di sd pun saya sering mendapatkan peringkat, namun hanya peringkat 3 besar, tak pernah sekalipun mendapat juara 1. Berangkat pulang dengan bersepeda setiap hari membuat kulit saya menjadi berwarna coklat. Masuk ke smp, saya masuk ke SMPN 1 JOMBANG, saya masuk lewat nilai un dengan rata - rata 91. Di smp saya mendapatkan banyak teman baik dan seru, saya merasa bahagia mendapat teman yang cocok. Di smp juga saya mengenal cinta, saya mencintai salah satu siswi di smp tersebut. Jika dijelaskan kecantikannya, seperti saya melihat gunung rinjani, sangat indah. Sekarang, saya berada di SMAN 1 JOMBANG, masuk lewat nilai rapor rata - rata 89. 

Walaupun saya tipe siswa yang medioker, saya juga memiliki beberapa potensi. Saat sd saya berpotensi menang lomba osn di SMA 1 Megaluh, akan tetapi belum bisa membawa pulang medali osn tersebut. Di smp saya juga berpotensi menjadi anak pramuka yang hebat, saya pernah juara 3 lomba BAGASI (lomba penggalang kreasi) di SMK DWIJA BHAKTI. Di masa smp pun saya pernah mengikuti bimbingan untuk osn tingkat kabupaten namun saya putus ditengah jalan karena tidak kuat menjalani bimbingan intens. Saat smp pun saya juga sering mengikuti latihan sepakbola di smp sebagai ekstra namun tidak pernah masuk tim inti. Selanjutnya, di masa SMA, saya mengikuti ekstrakulikuler volly. Saya tidak terlalu sering mengikuti kegiatan tersebut karena terkendala masalah lelah. Saya waktu SMA kelas 10 juga mengikuti bimbingan osn matematika namun tidak terpilih untuk mewakili SMA bertarung di kancah kabupaten. Ketika kelas sebelas, saya berhasil lolos untuk bertarung mewakili SMAN 1 JOMBANG tetapi, gagal mendapatkan juara. Sekarang, ketika saya menulis artikel ini, saya sedang berjuang belajar untuk bisa mewakili sma saya tercinta bertarung di ajang SMA award melawan sekolah - sekolah lain seprovinsi. 

Pernahkan kalian memiliki ambisi atau keinginan yang besar?. Keinginan atau ambisi adalah hal yang tidak wajib kita dapatkan, namun tetap harus berusaha untuk mendapatkannya. Saya memiliki keinginan yang sangat kuat untuk masa depan. Saya berambisi untuk bisa masuk perguruan tinggi, saya awalnya bercita cita ingin menjadi mahasiswa kedokteran, namun sekarang saya lebih memilih menjadi mahasiswa teknik semenjak masa covid-19. Saya memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat tinggal di Jerman, kenapa jerman? Karena jerman adalah negara dengan kualitas hidup yang tinggi sehingga saat saya hidup disana saya merasa tenang. Saya juga memiliki mimpi untuk traveling keseluruh penjuru dunia untuk menikmati keindahan alamnya, seperti gran canyon, hawai, raja ampat, dll. Tentang pekerjaan, setiap orang pasti menginginkan pekerjaan yang layak bukan?, saya ingin sekali bekerja di tambang Grasberg. Saya juga berkeinginan membangun rumah tangga yang nyaman, aman, damai serta tidak ada perselisihan, karena saya tak ingin anak saya menjadi korban dalam rumah tangga. Dibalik keinginan yang hebat, ada pula doa dan usaha yang kuat. Saya selalu berdoa kepada Allah untuk melancarkan segala hal yang ingin saya lalui, tak lupa pula untuk berusaha dengan hebat agar bisa mencapai semua keinginan tersebut. Hal yang akan selalu saya ingat saat saya dewasa nanti adalah keluarga, teman, saudara yang selalu mendukung saya tanpa ada rasa khawatir, mereka percaya bahwa saya akan menggapai semua keinginan saya suatu saat nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline