Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Semangat Belajar Siswa di Tengah Wacana Libur Panjang Ramadhan

Diperbarui: 16 Januari 2025   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini, pemerintah sedang membahas kemungkinan adanya libur panjang selama bulan Ramadhan. Meskipun keputusan resmi belum dikeluarkan, wacana ini menimbulkan berbagai pertanyaan, terutama tentang bagaimana hal ini bisa memengaruhi semangat belajar siswa. Bagi banyak orang tua dan pendidik, libur panjang ini bisa menjadi peluang, tapi juga bisa menjadi tantangan besar. Pasalnya, banyak siswa yang cenderung kehilangan fokus pada belajar dan justru terjebak dalam kebiasaan yang tidak produktif, seperti bermain game berlebihan, bergabung dalam geng motor, atau sekadar menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat.

Kenyataannya, minat belajar siswa saat ini memang cenderung menurun. Tidak sedikit siswa yang lebih tertarik untuk menghabiskan waktu luangnya dengan hiburan digital ketimbang belajar. Jika libur Ramadhan tidak diatur dengan baik, justru bisa memperburuk kondisi ini. Tanpa arah yang jelas, waktu libur mereka bisa terbuang sia-sia. Bahkan, hal ini bisa memengaruhi konsentrasi mereka ketika kembali ke sekolah setelah libur berakhir.

Tidak hanya siswa yang perlu diperhatikan, tetapi juga orang tua. Ada sebagian orang tua yang mungkin merasa sibuk atau tidak terlalu peduli terhadap kegiatan belajar anak di rumah. Mereka sering kali membiarkan anak-anak mereka bebas tanpa pengawasan yang cukup, meskipun sedang di rumah. Padahal, peran orang tua sangat penting dalam memantau dan mengarahkan anak untuk tetap belajar meskipun tidak di sekolah. Jika orang tua tidak aktif mendukung, kemungkinan besar anak-anak akan kehilangan arah dan lebih mudah terpengaruh oleh kegiatan yang tidak produktif.

Di sinilah tantangan besar muncul. Dengan wacana libur panjang yang mungkin diterapkan selama Ramadhan, sudah saatnya bagi kita untuk memikirkan solusi yang lebih baik agar waktu libur ini tetap produktif dan bermakna. Salah satunya adalah dengan merancang kegiatan yang menggabungkan pendidikan dengan nilai-nilai spiritual Ramadhan. Proyek tematik yang mengangkat topik-topik seperti sejarah Islam, tokoh-tokoh penting dalam dunia Islam, atau bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah puasa bisa menjadi cara yang menarik untuk mengajarkan siswa sambil memperkenalkan mereka pada ajaran moral yang baik. Misalnya, siswa bisa diminta untuk membuat laporan atau presentasi tentang sejarah tokoh Islam atau melakukan eksperimen sains terkait dengan puasa.

Selain itu, pembelajaran daring dan aplikasi edukasi bisa menjadi solusi yang tepat untuk membantu siswa tetap terlibat dalam belajar. Dengan teknologi, siswa bisa mengakses materi pelajaran kapan saja dan di mana saja. Mereka juga bisa belajar dengan cara yang lebih interaktif dan menyenangkan, sehingga tidak merasa terbebani. Guru pun bisa memberikan tugas dan umpan balik secara daring, yang akan membantu siswa tetap merasa terhubung dan termotivasi untuk belajar.

Pada akhirnya, yang perlu kita ingat adalah bahwa libur Ramadhan tidak perlu menjadi alasan untuk berhenti belajar. Sebaliknya, ini bisa menjadi kesempatan yang sangat baik untuk merancang pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat. Dengan pendekatan yang tepat, dukungan dari orang tua, dan pemanfaatan teknologi yang efektif, kita bisa menjaga semangat belajar siswa dan mengintegrasikan nilai-nilai positif yang datang bersama bulan suci Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline