Yogyakarta, Wahyu Putra Sejati - Mungkin publik sepakbola indonesia belum terlalu mengenal sosok dibalik kesuksesan tim promosi PSS Sleman merangsak ke papan tengah klasemen sementara Liga 1 musim 2019/2020.
Tim yang dapat dikatakan dibangun dengan biaya paling murah diantara tim-tim kontestan Liga 1 lainya, namun memiliki performa yang apik terutama jika bermain di kandang lawan.
Kini PSS Sleman bercokol di peringkat 7 klasemen sementara Liga 1 dengan mengemas nilai 32 dan berada di atas tim-tim papan atas seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya serta PSM Makassar. Hal ini tidak lain karena sentuhan tangan dingin pelatih berusia 45 tahun yang selama karirnya hanya membela klub klub di seputaran Jateng DIY tersebut.
Matheus Seto Nurdiantara (lahir di Kalasan, Sleman, 14 April 1974) adalah seorang pemain dan pelatih sepak bola Indonesia yang dulunya menempati posisi gelandang serang.
Seto terakhir bermain untuk klub PSIM Yogyakarta dan telah pensiun pada tahun 2013 yang lalu. Seto sempat didaulat sebagai kapten timnas indonesia dan membukukan sebanyak 14 kali penampilan dengan torehan 3 gol. Hal yang terbilang cukup bagus untuk seseorang yang bermain di sektor gelandang serang.
Karir kepelatihan Seto dimulai pada tahun 2013 pada saat menukangi PSIM Yogyakarta untuk mengarungi kompetisi kasta kedua liga indonesia, di awal kepelatihanya seto mencuri perhatian publik dengan permainan ciamik yang ditampilkan oleh anak-anak muda Laskar Mataram (Julukan PSIM Yogyakarta) yang membuat disegani oleh lawan.
Ya, anak-anak muda yang diambil dari kompetisi lokal di kota Yogyakarta menjelma menjadi pemain yang seakan sudah malang melintang di kompetisi sepakbola tanah air. Ciri khas permainan build up dari kaki ke kaki dan umpan satu dua yang sangat mengandalkan kolektifitas tim mampu Seto terapkan pada anak asuhnya yang terbilang masih bau kencur.
Pada tahun 2016, Coach Seto hijrah ke tim sepakbola rival satu daerah PSIM Yogyakarta yaitu PSS Sleman. Dengan bekal beberapa pemain bintabng Coach Seto mampu membawa tim Super Elja (Julukan PSS Sleman) ke Final kompetisi kasta kedua tanah air. Sayang pada pertandingan puncak PSS Sleman harus takluk oleh PSCS Cilacap di hadapan puluhan ribu pendukung fanatiknya di Stadion Bumi Kartini Jepara.
Saat itu Seto mengutarakan keinginan nya untuk mundur dari kursi kepelatihan PSS Sleman, karena merasa gagal membawa tim Super Elja menjadi juara. Namun, manajemen dan supporter PSS Sleman masih percaya dengan sentuhan tangan dingin pelatih muda kelahiran Sleman tersebut.
Akhirnya pada tahun 2018, PSS Sleman berhasil menjadi juara Liga 2 musim 2018/2019 dengan mengandalkan ujung tombak veteran Christian Gonzales. Hingga pada akhirnya PSS Sleman berhasil promosi ke Liga 1 dan saat ini menjadi tim yang ditakuti karena permainan kolektifnya. Seti sendiri sudah menyelesaikan pendidikan kepelatihan AFC Pro, dan mendapatkan nilai terbaik diantara peserta yang lainya. Hal ini dapat menjadi parameter kelayakan Coach Seto untuk melatih timnas indonesia kedepanya.
Memang ribuan candi tidak bisa dibangun dalam satu malam, pun halnya dengan ribuan prestasi, harus melalui proses yang panjang. Namun jika kita tidak mulai untuk melangkah ke arah yang benar sejak dini, lalu harus menunggu siapa lagi untuk disalahkan jika gagal nanti?