Lihat ke Halaman Asli

Ega Wahyu P

Pendidik

Suara Guru: Apakah Guru itu Pekerjaan Sampingan?

Diperbarui: 18 Oktober 2024   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Melihat fenomena guru di Indonesia, saya rasa profesi guru itu menjadi pekerjaan sampingan.

Sebelumnya kita persempit perspektif, bahwa dalam kajian tulisan ini, yang dibahas adalah dampak gaji guru terhadap prioritas individualnya.

Sudah hal yang lumrah, bahwa gaji guru di Indonesia terlampau kecil. Bayangkan saja untuk mengajar satu bulan, di daerah tertentu, gaji guru menyentu angka terbawah, yakni Rp200 ribu per bulan. Tentu saja gaji ini jauh panggang daripada api, mengingat kebutuhan hidup di negara ini sangat fluktuatif.

Atas dasar itulah, banyak para guru yang mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Mulai dari mengajar les atau bimbel, ojek online, pedagang hingga pemulung. Semua dilakukan untuk menghidupi anak istri mereka di rumah. Maklum saja, penghasilan guru sebulan bisa sekadar makan sudah Alhamdulillah.

Ada hal menarik dari kejadian tersebut, ketika guru bekerja disektor yang berbeda, ternyata pendapatan mereka jauh lebih besar daripada menjadi guru. 

Misalnya saja, ojek online. Setelah mengajar, guru bisa bekerja sebagai ojek online dan berpotensi mendapatkan penghasilan berkisar Rp300 ribu per hari. Hal ini tentunya dipengaruhi dari performa aplikasi dan kondisi lapangan.

Ada pula tukang parkir, yang penghasilannya cukup menggiurkan. Misalnya saja parkir di kafe yang pengunjungnya ramai. Dalam satu malam, jika hoki, tukang parkir bisa meraup hingga Rp1,3 juta. Tentu ini juga dipengaruhi kondisi tertentu.

Tapi yang jadi poin adalah penghasilan guru jauh lebih kecil daripada pekerjaan yang disebutkan tadi. Bahkan guru jauh lebih besar menggunakan tenaga dan kemampuan berpikirnya daripada pekerjaan di atas. Sayangnya, pengorbanan yang besar itu berbanding terbalik dengan penghasilan mereka. 

Pantas saja pendidikan masih statis, gurunya saja tidak fokus mengajar. Lalu, apakah memang guru itu sudah menjadi sebuah pekerjaan sampingan? Atau malah sekadar pelampiasan hobi mengajar saja.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline