Lihat ke Halaman Asli

Ega Wahyu P

Pendidik

Suara Guru: Diferensiasi Pekerjaan adalah Kunci

Diperbarui: 27 September 2024   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perubahan kurikulum pada satu dekade terakhir menghadirkan penggalan kata baru, diantaranya adalah pembelajaran berdiferensiasi. Makna dari kata itu adalah sebuah metode yang menginginkan setiap siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang leluasa dan sesuai minat dan bakat. Sayangnya, tidak berlaku untuk guru.

Kepada semua guru, harap berhati luas. Bahwa kemerdekaan belajar ada pada siswa. Merdeka mengajar terpusat pada platform yang digalakkan kementerian terkait. Alhasil, guru tetap bekerja pada gaya lama, dengan seribu profesi lainnya.

Guru disibukkan mengurus anak di dalam kelas, mereka menghadapi serbuan anak-anak yang entah dari mana asal dan latar belakangnya. Jika hoki, guru akan mendapati anak-anak patuh, penurut dan cerdas. Kata orang, sudah bawaan dari lahir. Jika Dewi Fortuna belum berpihak, tak jarang guru menjumpai anak-anak yang membutuhkan perhatian lebih.

Sudah lelah dengan urusan anak-anak, tapi guru masih harus menyambung pekerjaan membuat administrasi yang cukup gila. Pengalaman pribadi, saat akreditasi, lebih dari dua box kertas dihabiskan hanya untuk mencetak ribuan lembar perangkat administrasi. Percuma, selembar kertas pun tak dilihat asesor. Mereka lebih senang rekreasi mengelilingi sekolah dibanding berselancar pada lembaran kertas putih hasil copy paste para guru. Sesudah akreditasi, semua perangkat ditimbang dan dijual per kilo. Hasilnya, dibelikan minuman es dan dibagikan kepada guru.

Sungguh nestapa, uang negara dihamburkan begitu saja. Lebih baik uang yang banyak itu dibuat pelatihan terpusat agar lebih bermakna bagi para guru. 

Coba saja ada penggalan kata untuk guru, diferensiasi pekerjaan, sehingga setiap guru bisa merasakan sensasi pekerjaan sesuai minat, bakat dan kreatifitasnya. Melalui diferensiasi pekerjaan, guru bisa lebih fokus untuk mengajar dan membangun interaksi dengan setiap siswa lebih mendalam. Kreativitas tentu saja akan meningkat, sebab waktu bersama siswa jauh lebih banyak daripada bercengkrama dengan perangkat yang tidak jelas.

Semoga saja, keberuntungan kepada guru berpihak di tahun ini. Selain mendapatkan tambahan gaji dua juta per bulan pada pemerintahan yang baru, mudah-mudahan saja ada kurikulum baru yang mengangkat marwah para guru. Jadi, ke depan tidak akan kita lihat guru-guru di Indonesia yang sibuk jual-beli perangkat ajar karena sudah difasilitasi oleh sekolah melalui tim khusus. Datang dari rumah, pure mengajar. Bukan cosplay jadi pegawai kantoran, atau malah jadi bankir ketika ditunjuk jadi bendahara BOSP. Itu lebih parah lagi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline