Lihat ke Halaman Asli

Ega Wahyu P

Pendidik

Rerintik di Langit Mendung

Diperbarui: 16 September 2022   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rerintik di Langit Mendung

Kala mentari diam membisu
Katanya malu, bersua dengan dunia
Katanya tersipu, bertemu dengan hamba
Katanya khawatir, akan bersarang rindu yang berganda

Rerintik yang turun dari awan hitam
Bersemayam diantara langit dan bumi
Lantas jatuh tak beraturan disepanjang jalan
Membasahi setiap insan yang berlalu lalang

Terekam jelas didalam benak
Teringat pula pada memori otak
Setiap ucapan yang keluar
Setiap untaian kalimat yang bergelantungan
Menyerang
Menggiring opini
Menghancurkan reputasi
Menyayat luka yang dalam
Menghilangkan motivasi kerja

Perkara dunia janganlah diributkan
Khawatir senja segera tiba
Sedangkan taubat belum dimulai
Sedangkan malaikat tak mau menunggu
Sedangkan maaf belum lagi terucap
Sedangkan luka masih belum sembuh

Jangan begitu, duhai ratu
Hati-hati dan waspada selalu
Yang engkau sakiti itu
Bukan manusia biasa
Bukan sembarang guru
Bukan pula lelaki tak berdaya

Ia adalah satria dari ufuk timur
Diamnya adalah dzikir
Bergeraknya adalah doa
Gumamnya adalah harapan
Terlebih nasabnya mulia ke atas
Pejuang bangsa, petarung sejati

Sekali engkau sakiti dia
Selamanya engkau menderita
Selagi maaf mu tak terdengar ditelinganya
Apalah arti dunia dan seisinya

Khatulistiwa sedang bersedih

10/09/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline