Lihat ke Halaman Asli

Ega Wahyu P

Pendidik

Kagum Fiktif

Diperbarui: 5 September 2022   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kagum Fiktif

Ubin putih di gedung tinggi
Simbol bersih dan terjaga
Kata orang yang berdasi
Yang diam dibalik kursi
Kedinginan dibalik tirai
Berdiam dalam kesunyian

Awalnya kagum
Seutuhnya
Sepenuhnya
Selembar yang bernilai
Terletak didalam laci
Berdiam selama semalam
Tanpa tersentuh manusia
Apalagi makhluk tak kasat mata
Kagum hati berteriak keras
Walau sesiapa tiada mendengar

Tetapi noda kian datang
Mulai setitik, lalu segaris
Menggores kebaikan yang terlihat
Menentang titah Yang Mulia
Melawan arus yang berbahaya

Kekaguman lantas sirna
Menyusul mentari yang tenggelam di ufuk barat
Mengikut jejak rembulan yang hilang dikala fajar
Atau bintang gemintang yang saling berlarian

Asa masih ada
Peluang masih terbuka
Tetapi rasa tentu berbeda
Tidak akan pernah sama
Pertama dan kedua
Setiap sentuhan
Atau tatapan
Akan memaknai banyak hal
Termasuk ucapan hati
Yang terkadang jatuh terlalu dalam
Menusuk
Menyakiti

Pontianak, Kampus Biru

29/7/22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline