Lihat ke Halaman Asli

Ega Wahyu P

Pendidik

Manusia: Akal dan Iman

Diperbarui: 7 Juli 2022   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Manusia: Akal dan Iman

Sebagai makhluk sempurna, seringkali imajinasi manusia melebihi batas akal normalnya. Misalnya, ada yang berupaya membangun lift ke bulan, atau menduplikat matahari.

Tidak aneh memang, bahkan ke depan, jika ada konsep baru yang muncul lebih tidak masuk akal, kita sudah siap menerima. Hidup penuh dengan ketidakrasionalan.

Akal yang hebat itu memanifestasi tabiat manusia seutuhnya. Dalam keadaan terdesak, manusia bisa mengeluarkan jurus pamungkas, walaupun ia tak pernah belajar dan tak pernah tahu.

Kehebatan akal manusia sangat luar biasa, melampaui bentangan samudera atau luasnya daratan Asia.

Tetapi akal tidak selamanya baik. Bahkan terkadang akal menjerumuskan manusia dalam lembah kehancuran. Manusia yang memperturutkan akal budinya tanpa filterisasi batiniyah, akan menemui kebuntuan, sebagaimana rel kereta yang panjang, pasti ada titik akhirnya.

Sedangkan iman menjadi alat untuk menunjukkan arah kebaikan dan kebenaran. Akal tanpa iman layaknya kertas di atas air. Seberapa tebal dan berkualitasnya, tetap saja akan menyerap dan tenggelam.

Ada hal yang harus dijawab dengan akal. Tetapi pastikan, akal tidak menggerogoti nilai-nilai keimanan.

Akal adalah manifestasi kesempurnaan manusia, sementara iman menjadi diferensiasi yang jelas dan identitas yang nyata.

Tegakkan iman, tajamkan akal. Kombonasi keduanya akan melahirkan peradaban yang spektakuler, luar biasa dan melampaui keterbatasan hakikat makhluk.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline