Lihat ke Halaman Asli

Ega Wahyu P

Pendidik

Tak Hanya Ponsel, Degradasi Akhlak Juga Disebabkan Hal Berikut

Diperbarui: 20 September 2021   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Degradasi akhlak yang dibicarakan pada tulisan ini sebenarnya lebih condong kepada perilaku siswa di dalam kelas. Ada banyak sekali tabiat yang digambarkan oleh siswa. 

Sebagai pendidik, penulis ingin mengetahui apa yang melatarbelakangi mereka, sehingga bisa memberikan pembelajaran yang terarah dan terukur sesuai dengan kondisi siswanya.

Awalnya, degradasi akhlak yang terjadi dimasa transisi ini diasumsikan karena pengaruh gadget. Setiap anak di semua jenjang sekolah sudah dapat mengakses ponsel pintar dan berselancar di dalamnya, baik itu video game hingga media sosial. 

Waktu yang panjang digunakan untuk bermain ponsel, hingga tak jarang mereka meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diamanahkan. Rasa candu bermain ponsel itu dapat menyebabkan timbulnya rasa malas, yang kemudian berdampak pada proses belajar.

Nyatanya, bukan hanya ponsel yang mempengaruhi perangai siswa di dalam kelas. Ada sebagian siswa yang bahkan tidak mengakses ponsel tetapi berperilaku buruk saat proses pembelajaran. 

Dengan melakukan studi pustaka dan pengamatan di lapangan, setidaknya ada beberapa penyebab degradasi akhlak selain ponsel, diantaranya:

Pertama, pola asuh orang tua

Tidak dipungkiri bahwa orang tua sebagai sekolah pertama bagi anaknya. Karakter yang terbentuk pada anak sejatinya refleksi pola asuh dan pola ajar dari kedua orang tua mereka.

Namun, tidak jarang pula orang tua melakukan mistake dalam pola asuh. Umpanyanya berlebihan dalam memberikan batasan kepada anak (overprotektif). 

Tindakan ini dapat menghambat perkembangan anak dalam mengambil resiko dan tantangan di kemudian hari. Membandingkan anak dengan orang lain juga hal yang lumrah terjadi di masyarakat, yang sebenarnya hal tersebut dapat memberikan tekanan batin kepada anak.

Kedua, pengaruh lingkungan tempat tinggal

Sudah pasti dari dua puluh empat jam waktu yang tersedia, banyak dihabiskan di lingkungan tempat tinggal. Sekolah hanya menyita waktu anak 7-8 jam sehari. 

Selebihnya siswa belajar dan berbaur dengan lingkungannya. Jika masyarakat di lingkungan tersebut memberikan nilai positif, maka akan mempengaruhi laku lampah anak, begitupun sebaliknya. Cara anak bertutur kata terkadang mengikuti pola berbicara di sekitar tempat tinggalnya, apalagi bersikap dan berperilaku.

Ketiga, kondisi emosional anak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline