Lihat ke Halaman Asli

Dayu Komang Wahyu Pradnyan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Reopening The New World bersama Tempo Media Wekk

Diperbarui: 1 Juli 2021   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada tanggal 1 Desember 2020 Tempo Media mengadakan Tempo Media Week yang merupakan acara tahunan  Tempo Media Group yang diiniasi oleh Tempo Institute secara virtual via Zoom dan live streaming youtube chanel Tempo Institute.

Dipandu oleh Dheaayu Jihan festival tempo week kali ini mengusung tema "Reopening The New World". Telah hadir secara virtual narasumber-narasumber yang sangat luar biasa, Wahyu Dhyatmika selaku pemimpin redaksi Majalah Tempo, Abdul Manan yaitu ketua Aliansi Jurnalis Independent, Haifa Inayah selaku Chief Executive Officer Catch Me Up, serta Pangeran Siahaan CEO Asumsi. Dimana setiap narasumber akan membahas topik serta memberikan pandangan serta penjelasan sesuai topik yang diberikan.

Tempo Week membahas beragam topik beragam fenomena dunia media massa, baik dari sudut pelaku media massa hingga asumsi dan dukungan publik. Melihat fenomena bagaimana sulitnya mendapatkan informasi sesederhana 5W+1H dengan kondisi digitalisasi seperti saat ini. Haifa Hinayah berkata "Isu ekonomi dan politik sangat digandrungi oleh milenial kita saat ini karena milenial saat ini sangat terbuka, dan mereka sadar arus ekonomi sangat mempengaruhi kehidupannya. Sehingga berita media massa saat ini harus bisa mencari berita yang relate dengan kondisi saat ini". Perspektif media di Indonesia tidak perduli dengan gender terbukti dengan banyaknya fenomena victim blaming sehingga perlunya pembaharuan mengenai kesadaraan dan kesetaraan gender di dunia media massa.

Sebuah media massa mustahil bisa bertahan hidup tanpa adanya sisi bisnisnya yang berjalan dengan baik, dimana redaksi dan bisnis harus bisa bersinergi dengan baik. Berada kondisi dimana publik Indonesia mustahil mau bersedia untuk mengeluarkan uang untuk informasi sehingga dibutuhkan formula lain untuk menyikapi hal ini. Siahaan berkata "Publish dulu kontennya dalam hal berupa video dan kalau audience merasa konten ini berguna dan memberikan perasaan menyenangkan maka mereka baru bisa menyumbang 10.000 di plattform YourMedia, formula ini dapat berkembang dengan ide-ide lain seperti mendapatkan merchandise dan ternyata lebih banyak publik yang mau bersedia mengeluarkan uang untuk ini". Ini membuktikan bahwa idealisme publik Indonesia mengenai untuk apa mereka mengeluarkan uang mereka, sehingga antara Media Massa dan publik bisa saling bersinergi.

Cara bagaimana jurnalis bekerja juga mengalami perubahan karena teknologi digital, dimana esensi dari proses jurnalistik harus tetap dipertahankan jika jurnalisme tidak mampu mencari cara untuk menyampaikan informasi terhadap audiencenya maka jurnalisme tersebut bisa hilang.  Saat pandemi jumlah orang yang membutuhkan media sangat meningkat, di tengah pandemi ini sangat dibutuhkan beragam support dari berbagai objek. Wahyu menyatakan krisis kepercayaan terhadap media harus segera diatasi, media-media harus berkolaborasi  karena musuh media sekarang berada diluar media tersebut, mindset harus dirubah. Ketika jurnalisme bekerja dan membantu masyarakat menjadi lebih baik maka jurnalisme dapat menyadari manfaatnya impactnya masyarakat tak akan pikir ulang untuk merogoh uang untuk jurnalistik.

Di dunia yang baru ini tantangan independensi media massa didepan, independensi merupakan garda terdepan bagi media massa apalagi ketika media massa berhubungan dengan bisnis. Saat pandemi wartawan sangat merasakan dampak dari saat pandemi ini, seperti PHK, pemotongan gaji, dan hononarium. Abdul Manan menambahkan karena dunia dimasa pandemi ini akan merubah idealisme para pelaku media massa dimana akan terpengaruh oleh bisnis serta perubahan gaya-gaya redaksi oleh berbagai macam platform media massa. Independensi merupakan prinsip yang penting di kode etik profesional jurnalis walalupun dalam implementasinya sangat tidak mudah. Dimana  ketika diimplementasikan pengaruh objek lain akan sangat berdampak untuk independensi, dimana antara independensi atau bisnis sangat diwaspadai oleh pelaku media massa saat ini.

Festival Tempo Week kali ini berusaha mengulik dunia dunia massa dan diharapkan bisa membuka mata bukan hanya pelaku media massa namun juga publik yang akan mengonsumsi media massa. Karena antara jurnalisme atau industri jurnalisme adalah dua pilihan yang sangat sulit dan berdampak besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline