Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Intan

Diperbarui: 28 November 2021   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Percaya nggak percaya semesta selalu punya cara yang unik untuk mempertemukan sesuatu. Contohnya aku dan Intan, kalau dulu nggak satu sekolah TPQ mungkin kita nggak akan saling kenal padahal rumah kita masih satu desa. Dan aku kira pertemuan itu berakhir sampai kita lulus aja, tapi ternyata cerita pertemanan kita memang nggak ditulis sampai situ aja. Kita akhirnya bertemu lagi di madrasah diniyah awaliyah sebagai adik dan kakak kelas. Tapi lagi-lagi karena emang ceritanya kita udah ditulis untuk selalu bareng nggak tau karena pasal apa aku lompat setahun lebih cepat dari teman-teman seangkatanku dan jadi satu kelas dengan Intan. Iya usia kita emang seangkatan hanya ketika mulai masuk sekolah TPQ lebih dulu dia, dulu aku banyak bolosnya sih memang.

Kita menjalani aktivitas di sekolah sore ini layaknya teman biasa, namun semakin lama karena kita duduk sebangku apa-apa jadi bareng. Sampai sekolah diniyah wustho pun kita sungguhan bertahan meskipun cuma dua orang. Jadi MC akhirussanah berdua, berkunjung ke rumah ustadz juga berdua hamper setiap tahun nggak pernah absen. Gokil kan?!. Meskipun terlihat dekat banget kita hampir nggak pernah saling curhat, serius!. Ketemu belum tentu setahun sekali, chat di whatsapp bisa dihitung jari pokoknya pertemanan kita nggak ada uwu-uwunya sama sekali.

Kalian pasti punya teman yang bisa dibilang bestie banget, nah Intan buatku juga begitu. Tapi lagi-lagi kita sama sekali nggak pernah saling curhat soal apapun. Dan masing-masing dari kita pun nggak saling menjadikan tempat  yang pertama kali dikunjungi ketika kita butuh pelukan. Bahkan mungkin aja kita nggak tau masalah apa yang sedang kita hadapi. Ketika bertemu pun nggak banyak yang diceritakan paling-paling ngomongin keadaan teman dijaman dulu yang sekarang udah nikah dan punya anak. Tapi ajaibnya kita bertahan sebagai teman sampai sekarang, yah paling nggak kalau suatu saat nanti lost contac (amit-amit) hubungan kita masih punya judul "tetangga" atau "teman satu sekolah".

Aku nggak tau sebagian dari kalian mengalami atau enggak, semakin kesini esensi dari hubungan pertemanan jadi semakin hambar. Yang dulunya dekat sekarang jadi terasa banyak sekat. Yang dulunya saling cerita sekarang kabar aja harus nunggu momen buka puasa bareng tiba. Yang dulunya akrab sampe kaya koyo dan kertasnya sekarang ketemu beberapa menit aja langsung canggung sejadi-jadinya. Aneh ya? Aturan semesta emang begitu? Atau aku aja yang lagi jadi human error? Dan sialnya aku lebih suka hubungan pertemanan macam dengan Intan ini. Dari dulu hingga sekarang aku nggak pernah merasakan perubahan yang berarti dari kami. Intan tetap perempuan setengah tomboy yang cantik seperti dulu. Gaada yang berubah-atau mungkin aku nggak merasakan perubahan itu.

Pertemanan ini mungkin terasa hambar atau bahkan lebih nggak ada rasanya dari hambar? Tapi nggak tau wangsit darimana selalu ada keyakinan bahwa sampai kapanpun aku dan Intan akan berada pada model pertemanan semacam ini. Bukan yang saling melengkapi tapi bikin makin betah setiap hari, Bukan yang selalu ada tapi bisa bikin kita dengan lantang menyebut masing-masing dari kita ketika ditanya siapa temanmu nomer yang satu?

Sekian dan terima kasih!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline