Lihat ke Halaman Asli

Aku Mencintaimu tapi Allah Lebih Mencintaimu

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Karena aku mencintaimu sehingga aku berdoa semoga engkau lulus di universitas ini dan bisa ikut belajar tentang Islam.

Apa yang kutuliskan ini adalah apa yang menjad harapanku padamu.

Engkau pun lulus di universitas yang sama denganku. Di semester satu, aku mengerjakan semua laporan2 mu dan aku berusaha mengajakmu untuk mengaji di masjid kampus. Aku pun berdoa untukmu semoga Allah memberikan petunjuk dan hidayahNya padamu. Akan tetapi, saat kau akan pergi dan masuk ke masjid itu, tak ada yang menyambutmu sehingga engkau pun pulang dan tak kuasa aku menahanmu. Setelah itu, aku pun mengusahakan agar engkau berteman dengan seorang ikhwa yang akan mengajakmu ikut pengajian , ta'lim dan tarbiyah. Namun, engkau pun menolak dengan alasan kuliah.

Setelah itu, aku pun mulai sibuk dengan kuliahku dan melupakanmu. Tapi, aku tidak melupakanmu dalam doaku. Aku selalu berdoa untukmu.

Hingga tiba masa dimana engkau jatuh sakit. Sakit yang aku tak tahu bahwa itu sakit yang begitu parah…sungguh aku tak tahu. Engkaupun pulang ke kampung dan aku di sini selalu memikirkanmu. Dibalik kesibukan skripsiku, aku selalu menanyakan kabarmu. Hingga mendekati wisuda, engkau dirujuk ke Rumah sakit di kota ini. Sebelumnya, aku sempat merawatmu dan kau berkata, “Seandainya aku tidak sakit, aku akan mengantar ibu kemana pun ia akan pergi.”

Kata yang selau aku ingat dan membuatku menangis. Saat bersamamu satu malam sebelum akhirnya engkau pulang ke kampung dan dirujuk lagi ke RS kota, engkau banyak bercerita tentang kisah hidupmu. Dan itu adalah cerita tentang kebaikan yang engkau lakukan. Bersama dengan kedua temanmu, kami menghiburmu.

Walaupun aku mencintaimu namun Allah lebih mencintaimu sehingga ia memanggilmu lebih cepat dariku. Senin, 29 Juni 2009, malaikat maut datang menyambutmu, melepas dan mencabut roh dari jasadmu hingga engkau pergi dengan sepatah kata sebelumnya, “Pak, kenapa semua orang dikamar ini wajahnya bercahaya?” Padahal, waktu itu, engkau hanya bertiga bersama ibu, bapak dan dirimu.

Tibalahnya masanya, pukul 12.00, siang itu, engkau pergi untuk selamanya. Pergi, tanpa aku di sampingmu, tanpa aku mentalkikanmu. Sungguh aku mencintaimu karena Allah, 'Kak, saya sangat mencintaimu. Tapi Allah lebih mencintaimu. Sehingga saya melepaskanmu pergi". semoga Allah mengumpulkan kita di JannahNya kelak dan semoga akhir hidupmu dan hidupku berada dalam keadaan husnul khatimah. Amin ya rabbal alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline