Cinta Sehidup Semati
Seorang wanita bernama Sofi keluar dari butiknya. Setelah semua karyawannya pulang, dia segera menutup butik tersebut dan tampak tergesa-gesa menuju mobil sedannya. Dia pun melaju dengan kencang dengan sedan tuanya, sedan merk Honda Accord Maestro tahun 1991. Sesekali dia menengok jam tangannya. Petang ini dia akan menghadiri acara reuni bersama teman-temannya dulu. Dia tidak mau ketinggalan dengan momen yang telah dibahas dua bulan sebelumnya hingga disela kesibukannya, dia pun menyempatkan waktu untuk datang ke acara tersebut. Tampak sekolah yang masih seperti dulu dan tidak ada perubahan sedikitpun. Ia pun keluar dari mobilnya lalu memandangnya sejenak sekolah yang memberikannya kenangan. Nana, sahabat yang sekarang menjadi pelanggan butiknya pun memanggil di teras aula sambil melambaikan tangan. Sofi membalas lambaian tangan itu dan berjalan mendekati Nana dan segera bergabung dengan teman-temannya. Saling pandang untuk memhami wajah yang telah berubah. Keakraban pun mulai muncul di setiap sudut ruangan.
Aryo mendekati Sofi. Lelaki tampan itu nampaknya mengagetkan Sofi. Mereka berjabat tangan sambil saling melempar pandang. Mereka pernah berpacaran waktu SMA dulu selama empat bulan dan mereka putus. Setelah mengobrol sejenak, mereka saling tukar kartu nama kemudian Aryo pun berlalu menemui teman lainnya. Sofi pun masih memandangi Aryo. Ingin sekali mengulang masa-masa SMA dimana ia berpacaran dengan Aryo. Dari kejauhan Aryo pun memandangi parasnya Sofi yang cantik jelita. Nampaknya mereka berdua saling mencintai satu sama lain namun mereka masih saling menyembunyikan perasaan cintanya.
Hari itu hari Minggu, hari dimana seorang dokter bernama Aryo libur bekerja .Aryo bergegas memacu sedannya Mercedes Benz S-350 untuk mendatangi butik Sofi. Namun setelah sampai di butik Sofi ternyata Sofi sedang keluar kota. Aryo pun meninggalkan kadonya berupa bunga di atas meja kerja Sofi. Keesokan harinya Sofi menanyakan kepada Puput, salah satu karyawannya mengenai perihal bunga yang diletakkan di atas meja.
Sofi : "Ini bunga dari siapa Put?"
Puput : "Biasa lah buk. Penggemar beratmu."
Mendengar jawaban Puput, Sofi sudah paham siapa yang telah memberi bunga tersebut. Sejak selesai reuni dia selalu didekati Aryo dan tak lain bunga itu adalah kiriman dari Aryo. Sofi pun merasa bingung ketika dalam bunga terdapat ungkapan yang menyatakan cinta. Meskipun Sofi mencintai Aryo namun sebenarnya Sofi ingin mengembangkan bisnisnya terlebih dahulu baru nanti ketika bisnis yang digelutinya sukses, ia baru akan menikah bersama calon suaminya, Aryo.
Hari semakin sore. Matahari mulai terbenam di ujung Barat. Sofi bergegas menutup butiknya dan menuju ke taman. Ia merenung. Ia juga bingung antara dua pilihan. Dia akan mengembangkan bisnis butiknya ataupun akan menikah dan mengurus rumah maupun anak. Hari semakin gelap. Lampu taman menjadi saksi kebimbangan Sofi yang harus bisa memilih jalan hidup kedepannya. Meski masih bimbang dan belum menemukan pencerahan, Sofi pun berlalu dan pulang ke rumah.
Hari demi hari telah berlalu. Bulan pun telah berganti. Tepat pada tanggal 16 Maret 2018 adalah hari pernikahan Sofi dengan Aryo. Sofi telah memutuskan untuk menikah. Di hari itu mereka berdua telah sah menjadi pasutri dan hubungan mereka telah halal. Seorang dokter bernama Aryo menikah dengan wanita pemilik usaha butik bernama Sofi. Tepat tiga minggu setelah hari pernikahan, Aryo mendapatkan telepon dari kantor. Aryo dipindahtugaskan ke luar kota. Aryo dan Sofi bingung harus bagaimana. Namun karena tuntutan tugas akhirnya Sofi pun setuju. Aryo dan Sofi harus rela meninggalkan rumah dan kampung halamannya dan harus tinggal di rumah dinas. Malam itu mereka mengemas pakaian dan semua kebutuhan yang akan dibawa pindah ke rumah dinas. Keesokan harinya, setelah subuh mereka berpamitan dengan orangtuanya lalu berangkat menuju kota Kudus Jawa Tengah dengan membawa dua mobilnya, mereka memilih berangkat pagi karena jaraknya yang jauh dari Bantul, Yogyakarta - Kudus, Jawa Tengah. Setelah memakan waktu kurang lebih empat jam, mereka berdua pun sampai kota Kudus, Jawa Tengah. Kota penghasil rokok terbesar di Jawa.
Mereka pun segera memarkirkan kedua mobilnya di halaman rumah dinasnya. Rumah yang akan mereka tempati bersama. Halaman rumah itu tidak terlalu besar namun cukup untuk memarkirkan kedua mobil mereka. Halaman rumah itu juga terlihat asri karena adanya berbagai tanaman hias terutama anggrek. Aryo dan Sofi menghela napas melepas kepenatan usai menempuh perjalanan jauh. Mereka pun segera masuk ke rumah. Rumah itupun tidak terlalu besar mungkin sekitar 75 meter persegi. Rumah itu bergaya minimalis kekinian. Aryo sejenak termangu di ruang tamu sedangkan istrinya, Sofi telah merebahkan diri di kamar. Aryo memandangi sekeliling. Bukan karena apa-apa, ia hanya memandangi perabot yang ada. Di ruang tamu itu memang ada meja dan kursi namun meja dan kursi sudah lawas yang kondisinya terlihat usang. Kayu pada perabotan itu sedikit demi sedikit telah rapuh dan mengelupas karena dimakan teter. Selain itu spon pada kursi busa itu sudah robek. Di dalam robekan terlihat sarang kecoa. Aryo terdiam dan bergumam jika rumah ini sepertinya sudah lama tidak ditempati. Meningat kondisinya yang kotor dan menjadi sarang serangga terutama kecoa tidak mungkin rumah ini sebelumnya ditempati dalam waktu dekat. Pasti sudah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dibiarkan kosong. Kalaupun ada yang menempati beberapa minggu yang lalu, kondisinya tidak akan seperti ini. Aryo pun melamun. Ia bahkan tidak tau kalau ternyata Sofi istrinya sudah berada dibelakangnya. Aryo pun terkejut.ia tidak mengira kalau ternyata istrinya sudah ada dibelakangnya.
Sofi : "Ada apa to mas kok sepertinya ada yang dipikirkan karena aku lihat dari tadi mas Aryo melamun."