Ceriwismu selaksa aransemen terindah yang menyapa timpaniku
Tatapan netramu menghujam tepat di pupil coklatku
Lukisan di parasmu menghadirkan pemandangan paling memanjakan seumur hidupku
Bayang-bayangmu yang tegap, seolah melingkar hangat
Berhasil menggetarkan sudut jantungku untuk bergerak raba-rubu
Namun, sekian silam sudah kalaku siuman
Bahwa daku salah membawamu bertamu dalam gubukku yang tenang
Keliru menanam benih suciku dalam rumahmu
Membawamu dalam anganku, padahal anganmu bukan perihal aku
Nyatanya sangkaanku sendiri yang telah membunuhku perlahan tanpa permisi
Waktu ini, netraku hanya mampu menatap kehampaan paling sembilu